Blogs

KEPOLOSAN MEMANG MUDAH DIPERDAYA TAPI NANTI KEPOLOSAN JUGALAH YANG AKAN MENYIKSAMU {SOMETIME INNOCENCE IS EASILY DECEIVED BUT THEN INNOCENCE WILL ALSO TORMENT YOU}

Post Polos

Diversitas1: Polos

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Perjuangan manusia dewasa yang paling berat adalah mempertahankan sifat polos dengan pikiran yang terus berkembang dalam dunia yang semakin tidak bermoral. Kepolosan anak-anak dalam jiwa yang sudah bertumbuh selalu dibutuhkan sepanjang sejarah manusia. Banyak ‘produk’ kebaikan terjadi tanpa henti-henti karena kepolosan di dunia masih terjaga. Kematian kepolosan akan selalu mencurigai setiap orang yang minta tolong dan tidak mampu melihat kebaikan adalah kebaikan. Memang seringkali kepolosan begitu mudah diperdaya dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang telah kehilangan jati diri manusianya namun nanti kepolosan jugalah yang akan menyiksamu.

Dunia telah kehilangan moral. Bagaimana caranya agar tetap tulus namun meraih gembira walau kepolosan dicederai oleh akal busuk? Kepolosan harus dibarengi proses berpikir agar lahir pilihan bebas. Dalam jangka panjang, kepolosan yang tanpa disertai proses berpikir akan menumpulkan sensor dan pada akhirnya akan mematikan kepolosan itu sendiri lalu menuduh kepolosan adalah sebuah kobodohan. Itu terjadi karena bukan pilihan bebas.

Setelah manusia beranjak dewasa, banyak kepolosan anak-anaknya ikut sirna. Semua itu dalam rangka manusia bertahan.

Siapapun mereka, tanpa disadari, manusia senantiasa mencari kepolosannya yang hilang. Melarikan diri pada kegembiraan kartun atau film komedi yang dulu pernah membuatnya tertawa terpingkal-pingkal adalah cara yang paling umum dilakukan orang-orang dewasa.

Aku baru teringat usaha anakku untuk mengingatkanku kembali bagaimana kepolosan bekerja pada sisi kegembiraan. Ia mencoba membuaku tertawa beberapa hari lalu, mungkin ia melihat wajahku seperti cetakan kue karena terlalu sibuk menulis ‘berpikir’. Ia mengajakku menonton video anak muda yang yang sedang tren itu. Aku heran, sepuluh kali ia tonton dua puluh kali ia ngakak tidak ketolongan, sampai dibawa di atas tempat tidur sementara aku masih berpikir ini jenis video apa? Gilanya, mungkin aku sedang berpikir apa tujuan video dibuat padahal tawanya sudah berderai-derai sampai air liurnya jatuh.

Buah dari kepolosan adalah segera bisa merasakan betapa nikmatnya es krim sesaat menyentuh lidah dan seketika rasa gembira terpetik pula.

Keluhuran dari seorang anak kecil adalah kepolosannya sedangkan keluhuran manusia adalah sikap netralnya.

Untuk bertahan manusia dewasa terus menyerap informasi, semakin menguasai pengetahuan akan semakin tersiksa dalam mempertahankan kepolosannya. Manusia akan mengalami periode yang sangat melelahkan untuk bisa mencapai perpaduan “periode keemasan kedua”. Bagaimana setelah pikiran terisi kemudian harus dikembalikan pada kondisi netral sangatlah tidak mudah dijelaskan di sini apalagi diaplikasikan. Butuh perjuangan sepanjang hayat. Setelah pikiran terisi kemudian masih kosong adalah manusia dewasa yang masih bertingkah seperti ‘anak kecil’ namun mempertahankan kepolosan dengan kondisi netral adalah kepolosan anak-anak yang terjaga dalam manusia dewasa yang sudah bertumbuh—inilah yang dimaksud periode keemasan kedua itu, sebuah kepolosan yang lahir dari jiwa anak-anak berfusi dalam kematangan jiwa orang dewasa.

Fakta yang tersedia sebenarnya sangat mudah dicerna oleh semua manusia yang mengakui menguasai pengetahuan, bahwa manusia adalah secercah makhluk spiritual: materi pembentuk manusia adalah kebaikan sesuai dengan sumbernya adalah kebaikan. Kepolosan hilang kebaikan berkurang. Anak kecil yang marah dengan kawannya tetapi kemudian cepat lupa dan tanpa bekas. Kita mungkin bisa memaafkan tetapi untuk makan dan tertawa bersama kembali seperti anak kecil butuh fusi abadi; sesempurna proses pembentukan nuklir agar bisa mengebom kebebalan manusia untuk menghidupkan kepolosan.

Sedikit berbagi pengalamanku. Puluhan tahun menantang pikiranku sendiri untuk menyelamatkan kepolosan. Sampai hari ini, aku masih terus fokus mengeksplorasi yang ada di dalam diriku sendiri. Tidak mengejar yang ada di luar lagi. Setelah sekolah mati-matian, kerja mati-matian dan kawin hampir mati, aku kira cukup sudah sebuah episode mencari pegangan di luar. Tanpa memungkiri semua pengetahuan dan pengalaman yang memperkaya diriku, kini saatnya endapan digali. Dan…

Ternyata ketika mengandalkan kekuatan alamiah manusia itu sangat luar biasa dahsyat. Mereka memberiku mata ketiga karena biasanya ada campur tangan semesta maupun yang tidak terlihat. Memberiku kemampuan melihat dari sisi yang orang lain tidak melihatnya. Pencerahan terus terjadi dan sesungguhnya pencerahan itu lahir dari jiwa yang polos.

Beberapa usaha yang terus aku perjuangkan untuk mempertahankan kepolosan seperti menumbuhkan kebutuhan dan bukan keinginan. Fokus pada keabadian yaitu nilai. Menjalani laku hidup orang Jawa, makan dan tidur sedikit dan banyak jalan. Memakai yang diperlukan saja, hidup dekat dengan alam, memeluk kesunyian. Memperluas peran semesta, tidak tergopoh-gopoh mengejar keberhasilan, selalu percaya ada kekuatan yang lebih besar dibalik semua ini sehingga memungkinkan kepolosan kanak-kanakku hidup. Hidup sederhana berpikir sederhana.

Manusia akan terus berproses sampai mati menuju kesempurnaan walau yang sempurna itu tidak pernah ada kecuali ilahi. Ketika jatuh harus ingat hukumnya adalah bangun. Sebuah pandangan dari kepolosan.

Ini tulisan seri ke-1 seri diversitas. Baca juga seri ke-2 diversitas Diversitas: Sara, seri ke-3 Diversitas: Kapok dan seri ke-4 (selesai) Diversitas: Murah Hati.

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.