Blogs

PEMBONGKARAN DIRI UNTUK MENAIKKAN KAPASITAS DIRI {SELF-DISASSEMBLY TO INCREASE SELF-CAPACITY}

Post Bonk2

Pembongkaran Diri-2

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Manusia punya periodesasi pembongkaran diri alami pada hari ulang tahun, saat memperingati atau menghadiri kematian seseorang, ditangkap polisi, masuk penjara, kehilangan pekerjaan, kena musibah berat, pasangan hidup atau anggota keluarga meninggal. Kejadian per kejadian tersebut sering sekali terlewati begitu saja tanpa ada hikmah yang berarti.

Semakin berat peristiwanya semestinya bisa memberi kesempatan mendapatkan door prize pada proses pembongkaran diri, jangankan hikmah besar yang seperti melahirkan lompatan diri tersentuh saja tidak. Setelah itu kehidupan berjalan di tempat kembali padahal banyak sekali kejadian itu bersifat sekali saja dan tidak bisa atau tidak diharapkan terulang.

Kejadian-kejadian alami yang langka itu memberikan sumbangsih besar lahirnya proses pembongkaran diri sebenarnya.

Karena proses pendalaman dan pengolahan batin pun tidak terjadi dari periodesasi alami di atas, akhirnya manusia yang sadar akan kebutuhan pembongkaran diri sengaja menciptakan momentum lewat berbagai macam cara seperti ikut retreat, pergi berlibur sendiri, visitasi ke tempat-tempat religius dan sebagainya.

Tulisan di bawah ini membantu kita memahami mengapa perlu peduli untuk melakukan pembongkaran diri:

Pertama, setiap hari kita berinteraksi dengan orang-orang baru maupun lama. Mau tidak mau kita menyerap segala sesuatu yang baik dan buruk. Beberapa hari lalu, seorang kawan bilang maksud ia menjelaskan kisah seorang anak SMP yang bunuh diri kepada anaknya yang remaja juga agar anaknya tidak meniru tindakan tersebut. Ia khawatir berita yang sedang viral itu beredar duluan di jaringan WAG anaknya sebelum ia bisa counter pertama kali.

Seingat dia mungkin hanya 3-4 kali pernah menjelaskan perihal “bunuh diri” baik yang ditanya langsung anaknya atau tidak. Suatu hari ia memarahi kembali anaknya soal pemakaian gadget yang berlebihan dan menyita hape anaknya kembali. Ia lebih emosi dari yang sebelumnya karena isu gadget telah menjadi polemik lama seperti keluarga-keluarga lain. Tiba-tiba anaknya mengancam akan “bunuh diri” saat hapenya diambil. Ia langsung syok. Bagaimana mungkin bisa keluar kata-kata seperti itu dari mulut anaknya pikirnya.

Anaknya mengatakan itu hanya candaan. Intinya, tanpa disadari, kita menyerap semua yang ada di semesta ini. Lewat panca indera kemudian itu tersimpan di alam bawah sadar. Baru beberapa hari aku baca tentang kineslogi, bahkan para kineslog telah melakukan penelitian dan meyakini bahwa trauma itu disimpan dalam otot—trauma kukira diterima lewat panca indera pertama kali (ini asumsiku yang belum aku cek) kemudian eksesnya diterima oleh fisik, pikiran, mental dan jiwa. Kalau mengacu pada kedua bidang tersebut berarti peristiwa yang kita serap tersimpan di alam bawah sadar dan otot. Kelak ini akan menambah beban diri (?).

Melakukan pembongkaran diri artinya membuang energi-energi negatif dalam diri dan mengembalikannya kepada alam. Bak air perlu dikuras, kelihatannya masih bening, tetapi sebenarnya air ‘diri kita’ telah berlendir bercampur ‘masukan luar’ yang kita serap. Kontainer perlu dibongkar agar bisa dicek, yang rusak dipisahkan dan dibuang. Agar bak bisa diisi air yang baru yang lebih segar dan kontainer kembali bisa menampung beban baru untuk suatu rencana perjalanan yang lain.

Pokoknya, semakin kita menjadi manusia aktif maupun tidak kita wajib mempunyai fase rutin pembongkaran diri seperti acara bersih-bersih yang selalu wajib dan rutin kita lakukan misal mandi, bersih rumah, bersihkan kandang ayam dan sebagainya.

Kedua, kapasitas diri kita terbatas. Dalam perjalanan waktu setiap yang terserap itu memang sebagian hilang dan sebagian tetap tersimpan. Menurut penelitian crock brain katanya otak manusia lebih mudah menyimpan yang buruk. Aku mempercayai bahwa energi buruk itu lebih besar bebannya dan memakan banyak resource kita. Tanpa kita sadari lama-lama menumpuk. Mungkin seperti ini; yang buruk menimpa yang baik; spasi pikiran dan realitas pun semakin besar.

Akhirnya dikatakan dalam diri kita telah terjadi distorsi; yang baik atau lebih baik tidak bisa diterima lagi sementara yang relatif buruk juga tidak bisa dikeluarkan tetapi diri terus tanpa sadar menampung yang tidak efektif; diri mengalami jalan di tempat. Kalau diumpamakan dalam bisnis punya penghasilan $400/bulan maka setelah 10 tahun buka usaha hasilnya tetap $400/bulan. Kalau seorang dokter pasiennya hanya 10 orang maka dari dulu sampai 20 tahun buka praktek tetap 10 orang atau tambah sedikit. Kalau seorang designer tidak mampu menghasilkan karya baru, dari dulu karyanya itu-itu saja padahal trend dan kebutuhan telah berkembang entah ke mana-mana.

Kapasitas kita tidak berkembang karena mandek di dalam. Aku telah menemukan suatu pengalaman luar biasa sewaktu melepas kehidupan di Jakarta dan meninggalkan semuanya bahwa manusia itu mempunyai kapasitas yang sangat luar biasa besar dan tidak pernah dibayangkan. Kalau kau mengatakan bahwa aku memang begitu ya berarti memang dirimu belum pernah dibongkar.

Ketiga, aku mempercayai bahwa dalam keadaan kosong manusia akan menghasilkan proses penciptaan baru dan bukan saat keadaan penuh. Setelah kapasitas naik seperti pengalaman pribadiku proses penciptaan baru pun terjadi dengan sendirinya. Semua sungguh tidak pernah terpikirkan, jadi seolah-olah ide, semangat dan energi itu turun sendiri dan mendarat di dalam diri kita. Di sanalah kita hanya perlu menjadi wadah.

Potensi proses penciptaan baru dalam diri akan semakin besar kalau sering melakukan refleksi sebagai prinsip pembongkaran diri. Sadarkah kita bahwa di semesta ini bertaburan jutaan milyar anugerah, tetapi hanya diri yang sering dibongkar akan memetik anugerah itu. Potensi ini juga memberi pengalaman kemampuan mengolahnya untuk kemaslahatan umat manusia, bangsa, negara atau komunitas dan keluarga.

Siapa saja yang perlu melakukan pembongkaran diri adalah siapa yang ingin pikiran dan hidupnya berkembang.

Pembongkaran diri yang terus-menerus dilakukan akan membuat pikiran tercerahkan, progresif dan konstruktif.

Karya-karya hebat akan banyak lahir. Alergi terhadap partai menjadi lebih akomodatif. Tabu terhadap kekuasaan berubah menjadi bahwa kekuasaan hanyalah alat untuk memperjuangkan gagasan lebih strategik; yang negatif atau dipikir tidak mungkin menjadi relatif positif dan mungkin.

Poin-poin negatif pun luruh; menjadikan hidup lebih berkualitas adalah cita-cita pembongkaran diri.

Baca juga: Pembongkaran Diri-1: Prinsip dan Konsep Pembongkaran Diri?

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.