AZ-Celeng

REVOLUSI HIJAU KEUANGAN MIKRO MEMILIKi TANTANGAN BERAT MEMULIAKAN KEHIDUPAN MEMPERCAYAI SEMUA MANUSIA BAIK ATAU WAS-WAS DIBALIK ANGKA AKUNTANSI STD.

FacebookTwitterLinkedInShare
 


icon_program1 icon_parameter icon_dokumentasi


Celeng Yang Urip: Revolusi Hijau Keuangan Mikro


Mekanisme mata rantai makanan yang begitu harmoni adalah pelajaran berharga tentang segala sesuatu yang berasal dari alam adalah baik. Jamur beracun yang tumbuh liar akan mematikan kalau termakan karena ketiadapengetahuan, bukit yang rapuh dituduh sebagai pemicu bencana alam tanpa mengkalkukasi pemanfaatan alam oleh manusia yang membuat struktur bukit menjadi lemah tidak terjadi serta-merta. Ular dan tikus yang selalu dimusuhi petani semata dilakukan lebih atas dasar menggenjot produksi sehingga membuat manusia kehilangan sense manusia yang hidup berdampingan dengan makhluk hidup lain. Celeng diburu oleh sebab dibenci atas nama agama. Semua itu bukanlah musuh manusia. Musuh manusia adalah dirinya sendiri, kepentingan dari gairah kebendaan yang dibangun harus optimal, itulah hakikat dedemit dalam diri manusia. Alam tanpa diminta selalu menyediakan solusi satu paket dan tuntas agar manusia dapat berkembang dan hidup bermartabat dalam keselarasan semesta.

 
Metafinance Celeng
Celeng sengaja dipakai sebagai simbol perjuangan keuangan mikro untuk masyarakat petani gunung yang digagas YPG, tujuannya untuk mengembalikan sistem ekonomi desa yang dilandasi dari kearifan lokal. Keuangan mikro yang dimaksud adalah Celeng, Celeng yang memberi urip (hidup). Celeng adalah lambang manusia gunung yang sangat sadar jati dirinya, memahami perubahan-perubahan yang terjadi adalah sebab bukan akibat.

Metafinance Celeng menggugat neraca keuangan yang kita anut selama ini yang selalu harus seimbang. Implikasi neraca seimbang diyakini menjadi solusi atas masalah ekonomi kota namun belum tentu untuk masyarakat desa. Bahkan debitur kota sekalipun, akan kapok dan menyesal setelah sadar bahwa selama ini telah membangun fondasi di atas kesemuan hutang-hutang. Hal ini juga yang menyebabkan perbankan dan lembaga keuangan mikro begitu ekstra hati-hati dan kadang sangat keterlaluan menganalisa kemampuan seorang manusia, maka keluarlah istilah unbankable dan bank hanya untuk orang berduit.

 
Standar Akuntansi Alam (SAA)
Dalam Buku Hijau Keuangan Mikro YPG, 70-80% dana anggota yang disarankan dijadikan sumber pemasukan lewat kredit untuk memperbesar SHU (Sisa Hasil Usaha) dinilai sangatlah tidak relevan dengan perjuangan memerdekakan manusia sebagai insan yang mandiri yang mampu menolong dirinya sendiri. Hutang satu sisi memberi peluang untuk hidup tetapi sisi lain mengamputasi kreasi karena hutang juga mempunyai efek psikologi adiktif apabila seumur hidup anggota didikte berhutang terus. Neraca seimbang menjadi semacam penyakit yang terus memburu agar hidup dibesarkan oleh hutang-hutang demi mengejar nilai aset.

Keuangan mikro seharusnya tidak mengadopsi mental perbankan seperti ini karena kurang tepat apalagi memakai standar akuntasi yang sama dengan perbankan dan sejenisnya. YPG mengambil langkah berani mengembangkan sebuah Standar Akuntansi Alam (SAA) untuk kepentingan internal lembaga yang benar-benar diangkat dari kearifan lokal. Aplikasinya seperti beberapa bunga hutang akan dikonversi dengan sampah untuk diolah sebagai pupuk dalam Unit Usaha Anggota (UUA yang kemudian pupuk bisa dijual kembali sebagai pemasukan UUA, penanganan kredit macet tidak berlaku penyitaan agunan tetapi jaminan akan dijadikan sebagai UUA serta denda bisa dibayar dengan menjaga kebersihan rumah, lingkungan atau melakukan preservasi dan konservasi gunung dan hutan sebagai sebuah upaya jangka panjang dari semua niat baik ini.

 
Menabung Untuk Menolong Diri
Prinsip menolong diri sendiri adalah menabung. Neraca seimbang selama ini dipakai sebagai siasat agar bunga tabungan lebih kecil dari bunga simpanan sehingga sisanya adalah spread pemilik modal. Memang dalam konsep koperasi maupun CU hasil tersebut akan dikembalikan lagi ke anggota maka hutang harus digenjot terus. Tabungan menjadi tidak berharga seolah-olah. Coba cek, apakah pernah mendapat manfaat bunga tabungan reguler selama menjadi nasabah? Tidak pernah bukan?

Walau kita tahu ada bunga tabungan berjangka yang diberikan perbankan dan lembaga keuangan mikro lain sangat fantastik dibandingkan bunga hutang rata-rata namun perbankan bermain dalam range yang sangat besar, jadi kembali lagi bank hanyalah untuk orang-orang berduit, baik untuk menabung maupun untuk meminjam.

Inilah yang selalu kita tidak mengerti mengapa negara tidak membuat regulasi yang menghargai tabungan tetapi memacu sifat konsumtif dengan memberi insentif bunga hutang yang ujung-ujungnya kita tahu siapa sebenarnya pihak yang mau dibela. Mental ini dipakai oleh penerbit yang memberi diskon untuk penulis yang membeli bukunya sendiri jauh lebih kecil daripada retail padahal jelas itu bukunya sendiri, dibayar dimuka dan tanpa retur. Kkasus lain, kalau ditinjau dari nilai organik sebuah produk maka membeli dengan kredit lebih murah daripada tunai juga diterapkan perusahaan manapun.

Celeng melakukan yang sebaliknya, memberi ganjaran positif kepada para penabung dengan pos berjangka yang disiplin dan mudah dijangkau karena tujuan dari Celeng adalah mensejahterakan anggota bukan dari hutang tetapi dari UUA.

 
Unit Usaha Anggota (UUA)
Karena komitmen memperbesar tabungan maka harus ada kompensasi upaya maksimal agar dana tabungan bisa diberdayakan menjadi sumber pemasukan lembaga untuk mensejahterahkan anggota. Dana tabungan anggota akan dikelola oleh sekelompok anggota yang sengaja dibentuk dengan perjanjian ketat yang akan dikelola sepenuhnya oleh YPG menjadi unit-unit usaha. Sektor-sektor ril, yang aman, yang berpijak dari kebutuhan anggota langsung dan memberikan hasil jangka pendek akan menjadi prioritas Unit Usaha Anggota (UUA). Inilah yang membedakan Celeng dengan yang lain.

 
Sinergi YPG dan Celeng
Hal pertama yang melatari pendirian Celeng tidak bisa dipungkuri adalah karena YPG tidak menerima sumbangan kecuali lewat pembelian buku, hal ini disadari tentu menimbulkan kelambatan luar biasa untuk merealisasikan proyek-proyek sosialnya. YPG butuh tulang punggung pendanaan mandiri dan independen yang dihasilkan dari kolaborasi penjualan buku dan proyek-proyeknya sendiri. Dulu sebelum ada rencana Celeng, diperkirakan dengan penjualan 1 juta set buku sudah sangat cukup membiayai semua proyek-proyek sosial, ternyata dana itu andai pun tersedia sekarang hanya satu titik di padang pasir permasalahan.

Sinergi YPG-Celeng adalah mutualisma yang sangat indah, Celeng sebagai tulang punggung pendanaan YPG dan YPG sebagai sumber pemasukan Celeng lewat UUA yang YPG kelola. Bahasa kapitalisnya, Celeng adalah salah satu mesin uang YPG yang strategis dan dengan kata lain anggota Celeng adalah pemilik saham YPG. Sinergi ini banyak menyelesaikan konstrain aspek materi dan menyelamatkan perjuangan nilai dan pesan awal dibalik buku yang ingin disebarluaskan.

Siapapun yang ingin bekerjasama dengan YPG apalagi Celeng yang adalah anak kandung YPG akan menghasilkan hal yang sangat positif dan konstruktif karena YPG tidak mempunyai kepentingan komersil di sana. YPG sudah sangat jelas bendera perjuangannya.

 
Kredit
Celeng tentu tetap akan menyalurkan kredit, karena kebutuhan setiap anggota tidak bisa disamaratakan namun dasar pemberian kredit yang membedakan Celeng dengan yang lain. Perbankan maupun keuangan mikro yang telah melewati krisis likuiditas menjadi surplus likuiditas pada akhirnya akan didorong pada permainan umum untuk memperbesar hutang anggota. Kelebihan likuiditas kalau didiamkan dengan instrumen simpanan konservatif dianggap kurang menguntungkan, makanya tak heran anggota yang diangap pantas terus menerus ditawari hutang.

Hal ini diakibatkan regulasi yang lebih mendorong hutang daripada menabung, sehingga tidak mungkin ada upaya untuk mengelola dana menjadi sektor usaha yang produktif. Hal ini sekalian sebagai koreksi kelemahan dari sistem Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Menurut YPG pada prinsipnya KSP dan KSS (Koperasi Serba Usaha) sulit berdiri sendiri.

 
Nama Lembaga
Celengan Orang Gunung (CELENG).

 
6 Prinsip Utama Celeng
Celeng menganut 6 prinsip yang menjadi ciri khas utama dalam menjalankan roda lembaga, yaitu:

  • Prinsip Koperasi Sejati, Celeng harus mampu menelurkan regulasi terobosan yang mempercayai manusia pada dasarnya baik adanya, menjadikannya tidak baik karena faktor ekonomi yang diterapkan sistem kapitalisasi.
  • Prinsip Standar Akuntansi Alam (SAA), selain Tata Kelola Lembaga (TTL) yang baik, tertib, profesional, menerapkan kehati-hatian namun tidak berlebihan, gotong royong, keterbukaan serta saling percaya adalah landasan SAA dalam menjalankan kegiatan Celeng
  • Prinsip Jaringan Guyub, Celeng memanfaatkan struktur anggota berjenjang untuk analisa, koordinasi, komunikasi dan mengumpulkan aspirasi
  • Prinsip Basis Anggota, biasanya ketika kredit akan diberikan maka lembaga keuangan maupun koperasi lainnya baru mecari tahu latar belakang dan karakter peminjam, itupun dalam koridor survei, kalau kredit disetujui dan pembayaran lancar relasi pemberi kredit dan penerima kredit seolah manis tetapi kalau kredit macet bukan hanya bisa jadi musuh lembaga keuangan manapun karena masuk daftar hitam tetapi bisa dipenjara. Pertolongan yang dirasa akhirnya menjadi bencana. Dalam Celeng mengedepankan pembangunan relasi yang manusiwi sejak anggota mendaftar, diperkuat dari sisi pendataan yang komprehensif serta keterlibatan Celeng dalam pertemuan yang formal dan non formal. Menurut Celeng ini adalah prinsip kehati-hatian yang lebih efektif dan melegakan kemanusian kita dan tak mungkin diterapkan dalam sistem ekonomi kapitalisasi.
  • Prinsip Belajar dan Belajar, setiap anggota diajak untuk terus belajar lewat program-program yang akan disiapkan.
  • Prinsip Asuransi dan Proteksi, menyadari bahwa semua kegiatan ekonomi mempunyai angka risiko, maka Celeng juga melakukan proteksi sejak dini melalui berbagai instrumen perlindungan internal dan eksternal.

 
6 Kebijakan Regulasi Unggulan Celeng

  • Akses, 3M: Mempermudah, Menolong dan Melayani
  • Bunga Pinjaman dan Agunan Pinjaman, tanpa bunga dan penyertaan agunan untuk level pinjaman yang lebih tinggi dari keuangan mikro lain serta tidak berlaku penyitaan langsung dan pengenaan denda atas keterlambatan
  • Kesejahteraan Anggota, memberikan kesejahteraan anggota dari Unit Usaha Anggota (UUA) sebagai terobosan
  • Pendapatan dan SHU, SHU bagi Celeng bukan segalanya karena pendapatan lembaga bukan dikejar dari hasil hutang, Celeng melakukan terobosan agar hasil UUA bisa terpisah dari SHU dan bisa dirasakan langsung atau dalam periode yang lebih pendek dari SHU
  • Bunga Tabungan, memberi bunga tabungan lebih besar dari bunga pinjaman
  • Dasar Pemberian Kredit , memakai parameter yang lebih humanis. Kebutuhan organik anggota yang mendasar dan mendesak harus mendapat prioritas, beberapa lewat UUA.

 
6 Karakter Celeng

  • Jujur dan berkata benar
  • Lebih bangga memiliki aset tabungan daripada hutang
  • Mandiri dan independen
  • Agitator, militan dan komunal
  • Lebih senang pemasukan dari hasil kerja ∼ UUA
  • Masih percaya nilai lama

 
Roh Keuangan Mikro
Setelah melalui beberapa kajian, sistem keuangan mikro yang dinilai yang lebih pas dengan cita-cita sederhana dari tujuan besar pembangunan Manusia Indonesia Bertumbuh adalah keuangan mikro Credit Union dan Bank Grameen dari Bangladesh. Credit Union dinilai mempunyai perbedaan yang sangat mendasar dalam hal kepemilikan dan pengelolaan konsep koperasi yang sejati sedangkan Bank Grameen sebagai rujukan mental keseriusan menjadikan keuangan mikro yang bersosial.  Secara legalitas kegiataan keuangan mikro  CELENG sesuai dengan negara RI adalah koperasi namun pola kerjanya gabungan kegiatan KSP, KSS dan produksi.

Catatan: Sebagian informasi ini diambil dari Buku Hijau Keuangan Mikro (YPG).