Anak Lanang
Mungkin akan begini terus kisahnya, selalu hanya ada ibu-anak dalam perjalanan kami. Perannya sebagai tukang melihat penunjuk jalan saat aku menyetir sangat membantuku segera mengambil keputusan arah mana yang harus dipilih sebelum persimpangan. Mata elangnya yang mampu menembus jauh dan malam sungguh sangat kuandalkan.
Aku selalu bilang kepada anakku, hanya dia lelaki di rumah, tugas mengunci jendela yang kunilai ia mampu lakukan kuberi tanggung jawab dan makin hari tanpa disuruh secara otomatis ia ingat tugasnya menjelang sore tiba. Perlahan korelasi “kunci jendela-rumah aman” mendidiknya tentang peran seorang lelaki yang melindungi keluarga kuharap masuk ke dalam pengertiannya.
Apapun ia menjadi kelak kuharap ia menjadi lelaki yang dibanggakan ibu kehidupan.
Selain itu, di dalam mobil, anakku juga berfungsi sebagai radio tanpa frekuensi, ia mampu bercerita hingga seratus kilometer tanpa putus dan tak terasa kantuk pun lenyap. Produk-produk penambah energi atau pengusir sepi tidak laku dalam perjalanan ibu-anak. Kejadian-kejadian di dalam mobil begitu hidup dan sangat membekas bagi kami berdua dan tak akan pernah lupa dimakan zaman. Dalam perjalanan ibu-anak, kejadian lucu yang kadang membuat senewen juga sering kami alami, seperti ia berteriak memperingatiku saat sedang memundurkan mobil yang terlalu mepet. Peran ini kadang secara otomatis diambil ketika ia melihatku kesulitan memprediksi situasi di belakang mobil. Seketika otoritasku sebagai supir dan ibu naik daun dan segera memintanya tidur karena telah membuatku terkaget-kaget bukan kepalang padahal jarak mobil masih jauh dari target menurutku.
Ketika ia tidur, perjalanan terasa senyap sekali. Saat-saat seperti ini baru terasa butuh seorang lelaki. Lelaki kecil yang sedang aku didik jadi lelaki yang sesungguhnya kulihat sedang tergolek pulas sekali. Hati ibuku pun terharu, begitu banyak waktu yang telah kami lewati bersama hingga penghujung tahun 2014 ini. Sebagian besar berisi kegembiraan namun cukupkah bekal yang kuberi kepada anak lanang agar ia menjadi lelaki sejati?
Agenda liburan yang aku tawarkan kepada anakku tentu berusaha kuseimbangi dengan model liburan ayahnya yang menuruku ditopang oleh beton-beton dan besi-besi kota yang kaku. Karena aku sekarang meyakini di gunung ada kehidupan makanya tugas dirikulah memberinya gambaran kehidupan yang sejujur-jujurnya lewat perjalanan jauh yang kadang sengaja kuambil: Ini kisah petualangan ibu-anak mencari sudut kehidupan dari tempat-tempat yang bisa kami hirup rohnya. Aku harap nanti dalam perjalanan hidupnya, kelak ia dewasa menjadi manusia yang halus budinya serta memperjuangkan kebaikan. Paling penting adalah ia mengerti tentang kemampuan seorang manusia bertahan dan bergembira dalam situasi apapun karena ada cita-cita menudungi. Inilah inti petualangan sebenarnya.
Kisah perjalanan kami yang baru lewat beberapa hari lalu, sewaktu kami dari Munduk menuju ke Kintamani, aku sengaja memilih jalur Seririt, menyusuri pantai Lovina lalu lewat Singaraja. Jalur ini tidak termasuk jalur yang dipilih pelancong yang ingin cepat tiba. Dengan perasaan ngeri dengan tikungan dan tanjakan yang begitu mencekam di tengah hutan dan hampir tidak ada mobil yang lain lewat, anakku merasakan kengerianku juga dan mengusulkan kembali. Aku benar-benar hampir mengurungkan niat namun selalu kuingat ada tujuan yang lebih indah dibalik ini. Aku menenangkannya dan tetap bertahan dengan menyetir hati-hati.
Janji semesta selalu tidak pernah ingkar, setelah tanjakan pasti hanya ada ‘rasa syukur’ di turunan. Hal ini kedengarannya sangat teoritis namun tidak bagi orang-orang yang berani mengambil risiko. Yang selalu kukatakan kepadanya mengapa ketakutan hadir karena tidak ada pengalaman dan nanti lihat setelah sampai di tujuan semua akan tampak berbeda. Setelah kami tiba di sebuah hotel terapung persis di bibir Danau Batur yang begitu indah dan tenang, ia menjerit kegirangan agar segera memilih hotel tersebut. Ia pantas mendapatkannya setelah keberanian yang ia lipatgandakan untukku.
Kuharap anakku selalu ingat pengalaman hidup dari setiap tujuan yang sesulit dan se-ngeri apapun kalau dijalani dengan tabah dan sungguh-sungguh akan menggapai kegembiraan yang tiada tara ketika berhasil melampauinya. Agar ia tahu, dewasa ini, sudah terlalu banyak orang memiliki kemampuan berencana tetapi sangat sedikit yang memilih bertahan. Makanya supir truk atau pengendara malam akan sering berjumpa dengan orang jenisku masih berjuang melewati jalan yang curam dan menukik tetapi mereka tidak bisa merasakan kebahagiaan ketika kami tiba di puncak tujuan karena tujuan kami berbeda.
Karena akhir dari perjuangan manusia mengarungi hidupnya adalah menggapai bahagianya. Kegembiraaan yang terus bisa ia raih setiap detik kuyakin akan menelurkan bulir-bulir bahagia yang sanggup menyuplai oksigen walau ia hidup di ruang angkasa dan di bawah laut.
Terima kasih Nak telah memberikan kepadaku pengalaman luar biasa sebagai seorang ibu. Selamat Tahun Baru 2015. Berbahagialah senantiasa.
PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.