Blogs

POLITIK INDONESIA SESUNGGUHNYA ADALAH MELAWAN KECURANGAN {THE TRUE INDONESIA POLITIC IS AGAINST THE FRAUDULENCE}

Post Mons

Bapak Setan

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Jokowi adalah perwakilan kebaikan Indonesia, Prabohong adalah wajah kehancuran Indonesia. Prabohong plus borok SU dan koalisi hoax menjadikan ia jenderal kardus. Kecurigaan kita atas setiap kegaduhan yang terjadi di negeri selalu mengarah ke satu orang yang bernama Prabohong, telah dibuktikan skenario oplas nenek RS. RS melakukannya katanya ada bisikan setan. Okay, jadi siapa si bapak setan; pastilah Prabohong. Muka benjol RS telah menempatkan Prabohong di kelas baru dari tingkat jenderal kardus naik menjadi Bapak Setan Indonesia (BSI).

Kita membuktikan 1000 kebohongan Prabohong, mereka menciptakan sejuta fitnah; aku kehilangan kata-kata tentang mereka selain “mereka penjahat“.

Setelah menyaksikan semua kebrutalan yang mereka mainkan yang klimaksnya muka benjol nenek RS untuk detik ini, sebagai rakyat apa yang bisa kita lakukan?

Bagi kita sudah jelas kubu BoSan tidak penting, tetapi ada satu hal yang perlu kita pikirkan dan publik perlu selalu dalam posisi sadar, yaitu peperangan sesungguhnya adalah melawan “KECURANGAN”.

Setiap tahun politik yang saya hitung dari periode SBY, ide-ide provokatif dipakai sebagai tameng oleh mereka yang tidak memiliki prestasi. Mereka sangat sadar dan sangat fokus pada perisai itu, untuk apa? Demi ‘rencana jahat’.

Hal tersebut terus berlanjut ke Pilpres 2014 kemudian Pilkada DKI 2017. Awalnya ide-ide provokatif, berkembang menjadi hoax. Mereka semakin nekat melakukannya padahal zaman sudah begitu terbuka. Rasanya tidak efektif sekali, kebohongan akan dengan cepat terdeteksi dan jarang yang tidak terbongkar baik oleh netizen maupun aparat seperti kasus RS itu terbongkar begitu cepat; tetapi mengapa mereka tetap melakukannya dengan begitu buas?

Mari kita menuju ke suatu penyadaran klimaks yang kuharapkan akan mampu memunculkan sebuah gerakan sipil sampai ke desa-desa agar rakyat kecil tidak menjual suara mereka, minimal gerakan bisa menjaga suara-suara kita.

Camkan bahwa “kotor dan curang” adalah politik Indonesia. Sadari dalam-dalam bahwa benar kecurangan masif dan terstruktur telah terjadi negeri ini sejak dahulu. Kemudian sadari bahwa sebuah rencana jahat maha dahsyat sedang terus diperkuat, tetapi tertutup rapi oleh aksi-aksi provokatif. Terakhir, pada titik kesadaran tertinggi, ingat bahwa pertarungan sebenarnya adalah melawan KECURANGAN, KECURANGAN dan KECURANGAN!!!

Isu-isu provokatif yang mereka lempar, bahkan aku menduga kisah konsultan politik Trump yang disewa, firehouse, dan segala bentuk strategi yang beredar di sosmed sangat bisa jadi bersumber dari mereka sendiri. Disebarkan agar itu dikembangkan oleh lawan mereka.

Jangan ragu untuk menyimpulkan bahwa tentang gerak-gerik mereka apapun itu bahwa semua itu hanyalah “ISU PENGALIHAN” untuk sebuah rencana super jahat yaitu melakukan kecurangan dengan lancar!

Apalah arti semua isu provokatif dan kegaduhan kalau mereka bokek, benar tidak? Kita serukan ramai-ramai agar pihak pemantau transaksi keuangan tidak boleh lengah. Malam-malam begini bisa jadi uang besar sedang masuk ke Indonesia tanpa terdeteksi.

Jadi, terkait semua isu-isu tersebut, sadari kita telah sengaja dibuat sibuk sampai pilpres ini berakhir. Lupakan soal pesta demokrasi dan nasib 300 juta rakyat, bagi mereka menang kalah ini soal BISNIS you know! Uang besar harus masuk segera karena pemodal lokal ngeri juga menanggung risiko sendiri.

Selisih suara yang sangat jauh waktu Ahok kalah telah menimbulkan bau tak sedap yang masih terasa sampai hari ini. Bohong besar telah dihembuskan kalau Ahok sengaja mengalah karena khawatir rusuh! Isu seperti ini juga kembali akan diciptakan untuk menutupi bangkai. Radarku mencium semakin mereka bertingkah dan agresif memprovokasi semakin kuyakin mereka sedang berupaya keras agar uang besar bisa masuk ke Indonesia tanpa terdeteksi.

Sadarkah kita bahwa negara ini adalah negara korup? Sadarkah kita apa arti memotong 5 generasi yang dari dulu didengung-dengungkan?—APAPUN BISA DIBELI DENGAN UANG di negeri ini. Camkan itu!

Politik Indonesia sangat kotor, aku tanpa ragu mengatakan bahwa praktek kecurangan secara massif dan terstruktur telah sedang terjadi di negeri ini sejak zaman Soeharto dan semakin canggih hingga detik ini dan satu pun belum bisa diungkap dengan sempurna. Itu harusnya bisa mendiskualifikasi paslon.

Operator lapangan kecurangan yang siap pasang badan akan hidup dengan sendirinya. Bila zaman dulu kakeknya yang menjadi komando kini cucunya mengambil alih. Ini masalah duit yang semua orang doyan dan tidak perlu melakukan survei untuk membuktikan apa yang aku bicarakan. Jadi, selain mereka punya mesin uang juga punya operator lapangan yang teruji.

Kalau jawabannya posisi cawapres saja bisa dibeli 1 T jadi apa susahnya membeli negara ini dengan 20 T? Kalau dinaikkan sampai 50 T pun masih sangat relevan karena hanya 2% dari 5 tahun ABPN. Dan jika sumber daya yang hilang dan hancur ikut dihitung maka nilai 50 T itu seperti permen saja.

Baiklah kita anggap saja pemodal siapkan 20 T saja, tujuan uang itu bukan untuk cetak kaus bung karena orang paling bodoh sekalipun tidak mau jual suara diganti kaus. Uang 20 T untuk beli suara lawan! Ingat suara yang dibeli adalah “selisih suara” bukan 51% suara. Kalau Pilpres 2014 selisih suara 8,5 juta maka asumsikan selisih suara 2019 sekitar 15 juta (sekitar 8,5%). Kecil sekali bukan? Kita bulatkan saja 10% ok.

Kisahnya, operator di setiap TPS bagaikan anak-anak setan bangkit dari kubur setelah bertahun-tahun menahan kelaparan. Pilpres 2019 ada 900 ribu TPS, kalau diasumsikan Rp 20 juta dianggarkan untuk satu TPS saja baru habis 17,4 T, sisa 2,6 T untuk bonus dengan syarat satu TPS dipatok wajib setor min 20 suara lawan. Harga dasar telah ditentukan ‘timses bayangan’. Kalau pilkada DKI, dengar-dengar 400 ribu per suara, kita anggap gopek deh per suara untuk 2019, tidak ada aturan main, yang penting setor 20 suara lawan;

Nah, mulailah koordinator TPS memperkuat tim dan mereka butuh kegaduhan agar tidak mudah terdeteksi. Orangnya sebenarnya itu-itu saja, namun biasanya ada yang keburu mati karena kebanyakan dosa jadi mereka harus sedikit usaha memberi pelatihan secara sembunyi-sembunyi pada anggota-anggota baru. Lalu ditentukan siapa tukang cari suara, siapa tim pengacau, penebar teror sampai hoax, dan lain-lain. Mereka ini juga bertanggung jawab di TPS sampai di kecamatan. Hasil penelitianku, aku menemukan berbagai kreasi kecurangan yang sangat variatif dan inovatif di TPS-TPS. Kalau ada TPS yang sama model kecurangannya bisa jadi karena satu bos.

Dari dana 20 juta, 10 juta untuk beli 20 suara dan sisa 10 juta untuk masuk kantong koordinator. Jadi satu koordinator kalau kuasai 5 TPS saja sudah dapat duit 50 juta. Biasanya sifat serakah menggila dalam kondisi begini, satu preman kampung berjubah sangat mungkin menguasai min 20 TPS, uang masuk menjadi Rp 200 juta bro. Itu belum uang yang ia catut dari harga dasar suara dan tipu-tipu sana-sini. Logikanya menurut kamu ada tidak setan yang tidak tertarik dengan proyek ini?

Karena mereka diiming-imingi bonus besar oleh timses bayangan juga tekanan yang luar biasa besar, maka mereka juga akan sangat berani melakukan apapun. APAPUN!!! Tidak ada aturan, mereka seperti minum air menipu masyarakat dengan memberi iming-iming kosong sampai melakukan intimidasi; itu keahlian mereka!

Kalau berhasil membeli 20 suara lawan per satu TPS saja maka hancurlah Indonesia!! Selisih suara 15 juta pun tercapai! Ini masih belum termasuk kecurangan tingkat tinggi di kecamatan dan KPU yang juga akan dimainkan. Ini tidak main-main loh!!! Tahun 2019 akan menjadi ajang pertempuran habis-habisan, ini seperti ‘terakhir bagi sisa-sisa setan generasi orla dan orba’. Setelah 2024, diperkirakan mereka sudah jadi bubur di dalam tanah. Mereka yang berumur di atas 80-an, menurutmu mungkin tidak masih bisa seperti pohon tegak di kursi roda. Gak mungkin kan?

Dari pilpres 2014, aku amati mereka tidak rajin memublikasikan informasi persiapan sampai kampanye berakhir sementara kubu lawan mereka begitu terbuka memberikan segala informasi. Mereka bukan tidak mau memublikasikannya, mereka hanya punya sangat sedikit informasi legal; jadi mari berpikir bahwa strategi kemenangan mereka memang ada pada “pasca kampanye”; sudah mengerti kan strategi apa yang dilakukan pasca kampanye; “SERANGAN FAJARRRR“; KECURANGAN POLITIK UANG.

Pertanyaan di atas aku ulang lagi, kita sebagai rakyat bisa lakukan apa? Baca juga “Masih Plonga-plongo?”.

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.