Blogs

KALAU ZAMAN DIKATAKAN BERUBAH KE ARAH KABAYUTAN KEMBALI MAKA PERUBAHAN ITU ADALAH SUMBANGSIH DARI SUBJEK YANG OTAKNYA KURANG 1 ONS

Post Sst

Subjek Sesat

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Kebetulan, seseorang yang dimuat di sebuah harian terbesar kukenal. Memang dia yang mengembangkan sebuah destinasi wisata alam dekat Temanggung dan tentu dari dana pemerintah. Ketika membacanya hanya ada satu yang timbul dalam pikiranku, “Kok bisa ya media sebesar ini menampilkan ‘subjek sesat’?” Sepak terjang dan perilakunya yang licin bagai ular, memakai idealisme yang layu sebelum berkembang. Hasrat membangun bisnis untuk diri dan keluarganya seperti hawa panas di udara dingin. Bagiku ini adalah berita sampah yang mengotori cara berpikir sehat dan tidak layak dimuat.

Media pasti punya alasan, salah satunya adalah kejar setoran, sehingga komitmen untuk menelusuri latar belakang dirinya sudah dipastikan tidak ada. Mengetahui latar belakang seseorang tidak cukup hanya wawancara kepada orang bersangkutan atau kepada orang sekitaranya tetapi perlu menanyakan kepada ‘pihak lawan’. Kepekaan Sense of Journalism dibutuhkan ketika menilai sebuah berita layak atau tidak layak diturunkan dengan porsi kolom yang sedemikian besar.

 
Kanal Publik
Televisi, radio kalau dikatakan sebagai kanal milik publik, maka lebih keras lagi, bahwa semua bentuk intervensi untuk mempengaruhi pola pikir adalah milik publik, ada tanggung jawab moral yang sangat berat di sana.

Beberapa waktu lalu, pernah pikiran polosku ternoda seorang direktur BUMN yang sedang naik daun dan digadang-gadang jadi menteri, tertipunya dalam kandang sendiri lagi. Saat itu, profil dirinya dijadikan bahan refleksi suatu pesan religi, alhasil semua umat dan pembawa refleksi menyanjung habis panggilan hidup direktur tersebut. Kemudian, yang busuk itu di mana-mana akan tercium, suatu hari teman dekatnya memberitahu bahwa dia adalah seorang womenizer kelas wahid.

Aku yakin yang pernah diceramahi bahan refleksi ora mutu itu, masih terus mengidolakannya dan menjadikannya panutan hingga kini padahal sejak saat itu ia sudah kumasukkan ke dalam daftar orang kehilangan pegangan. Makanya aku lebih suka menyebutnya subjek, subjek sesat.

 
Publikasi Iklan Pertobatan
Kita memang mempercayai bahwa manusia bisa berubah dan kesempatan yang mereka peroleh itu sebagai kehendak semesta, namun hati kecil selalu bisa menilai ada yang tidak pas, sama seperti koruptor yang masih saja mengirim pesan religi padahal sudah jelas semua mata menyorot padanya, kalau pun mereka sudah bertobat harusnya mereka lebih baik duduk diam memandang semesta yang begitu dahsyat dan merasakan diri yang sangat sangat kecil bukan malah menerima tawaran dimuat oleh media apalagi jadi bahan refleksi/tokoh.

Subjek jenis ini kadang butuh publikasi sebagai iklan pertobatan namun mereka harus jujur mengakui siapa mereka di masa lalu bukan siapa mereka di masa kini agar terjadi proses berpikir lurus baik bagi dirinya dan bagi orang lain.

 
Namanya Juga Media
Dalam dunia media komunikasi, strategi pencitraan sering dipakai untuk suatu kepentingan, kita hanya marah pencitraan yang sengaja dilakukan untuk membodohi cara berpikir dan menunggangi media yang punya kepentingan neraca selalu harus seimbang. Kita akan ngeri menemukan ribuan media dengan berbagai judul yang berkelabat menyajikan informasi yang tidak jelas kejuntrungannya. Berita artis doyan makan sampai suka pamer mobil sering mengisi kolom besar di media, rasanya sangat tidak adil atas sejumlah biaya yang dibayar pembaca.

Media akan lebih dihargai ketika memuat berita penangkapan pencuri di pasar yang telah dilakukan Kepolisian atau menginformasikan pohon kelapa yang santannya kental dan nyiurnya melambai sampai jauh daripada berita sampah yang mengambil kanal publik.

 

PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.