Jokowi: Kerempeng Metal
519 Halaman, Bahasa Indonesia
Politik bisa menyuntikmu mati karena ada perubahan diri yang radikal atau otak yang rusak akibat memperjuangkan ‘kepentingan’ yang bersembunyi dibalik nama rakyat. Anehnya rakyat yang diperjuangkan itu, ada yang tiba-tiba terlibat politik praktis dalam Pemilihan Presiden 2014 (Pilpres 2014) yang seharusnya mempunyai kepentingan lebih murni karena atas nama pribadi mereka berjuang. Mereka terus bergelut dengan dinamika politik yang mematikan nalar.
Lebih spesifik kalau ditarik sebagai seorang individu, Pilpres 2014 telah memberi ruang yang teramat besar untuk mengambil sikap dan memutuskan diri mau apa dalam hidup? Sampai begitu hebatnya jangkauan Pilpres 2014 kali ini menyentuh ke level pribadi.
Lagi, Pilpres 2014 dalam konteks diri yang antara hitam dan putih, antara rapuh dan bebal semua bisa keluar dan antara yang didukung dan yang mendukung semua terblender menjadi satu karena ada korelasi di sana, hagtash pendukung dan yang didukung ‘podo’; menjadi bahan renungan sepanjang masa.
Politik 2014 menjadi menarik disimak karena ada permainan yang tak patut ditiru dan ada metoda serta semangat yang perlu dilestarikan. Ada aksi yang membuat geram dan ada juga kisah yang mengharukan namun sudah dipastikan ada kepolosan dan ketulusan menjadi pemagarnya. Seandainya pilpres diulang tetap saja tak mampu mengulang keindahan dinamika asli Pilpres 9 Juli 2014.
Legalnya sih Pilpres, selanjutnya urusan menjadi diri sendiri.
Comments