Sobobanyu Kelana Manusia Gunung Mencari Air
Kisah Dibalik Sobobanyu
Pertama kali berkunjung ke Sindoro, kira-kira enam tahun yang lalu, yang kuingat adalah ratusan hektar sayur kol dibiarkan membusuk karena harga anjlok sampai ke tanah. Lain waktu datang lagi, ladang dalam kondisi tidak bisa digarap karena menunggu hujan. Berbulan-bulan para petani menanti hujan dan mengeluhkan tidak ada air. Beberapa petani bertahan dari beras jagung dan kacang merah yang dikeringkan beberapa menggali lubang tutup lubang.
TIDAK ADA AIR! TIDAK ADA AIR adalah situasi yang sudah berlangsung beberapa generasi. Jeritan semakin keras namun suara hilang ditelan kesejukan gunung, lalu orang-orang lereng seolah mempercayai kondisi kekurangan air adalah bagian perjalanan hidup manusia lereng—sebuah nasib yang tidak bisa berubah. Bagaimana mungkin mereka percaya bahwa air itu akan hadir karena untuk minum dan mandi saja masih kesulitan. Untung ada Sindoro Sumbing yang selalu menghibur layaknya Ibu Bapak yang meneduhkan setiap gelisah, kalau tidak wajah orang-orang lereng akan menghitam pekat.
Faktor pemanasan global membuat cuaca makin tidak bisa diprediksi sementara ketika hujan datang, airnya dibiarkan mengalir sampai ke laut. Mengharapkan air laut menguap dan membentuk awan agar terjadi hujan lagi sepertinya manusia modern tidak tahu siklus alam itu butuh waktu. Mengharapkan air tanah yang terus berkurang sudah tidak relevan karena kebutuhan tidak pernah berkurang.
Bertani di lereng mempunyai kesusahan berlipat-lipat karena kondisi ladang yang tidak pernah datar. Selangkah adalah turunan atau tanjakan. Di gunung membutuhkan dua jenis skil hidup; menanjak akan kepayahan menurun akan kesulitan. Air adalah faktor utama dalam bercocok tanam, pupuk, bibit, harga panen yang tidak adil, infrastruktur yang tidak menunjang adalah kendala lain lagi yang masing-masing membutuhkan satu perenungan. Sekali lagi, untung ada Ibu Bapak Sindoro Sumbing yang selalu memberi pengertian baru di atas pengertian lama.
Sobobanyu Dalam Dua Paragraf
Sobobanyu adalah sebuah sistem irigasi yang akan dibangun di Lereng Sindoro Sumbing, Kec. Kledung, Temanggung, yang merupakan gerakan YPG untuk pemberdayaan masyarakat petani Sindoro Sumbing dan sekalian merupakan pusat kegiatan dari penerjemahan cita-cita WaBeBe (Wahana Berpikir Berimbang) dari Divisi Pertanian.
Sobobanyu merupakan sebuah sistem tata kelola air hujan yang merupakan sumber utama pengairan ladang yang ditampung di embung-embung, sejenis waduk kecil yang dibangun di atas ketinggian rata-rata ladang.
Visi Misi
Sobobanyu membawa visi misi ketahanan gunung dan lahan pertanian agar senantiasa dalam organik peran dan fungsi yang telah dianugerahi alam
Tujuan
Sobobanyu menyentuh aspek bertani yaitu budaya dan lingkungan serta secara politik adalah suatu tindakan dini untuk melindungi alam dengan memberikan kemudahan bercocok tanam dengan ketersediaan air yang cukup.
- Ketenangan berladang, memberikan ketenangan bertani dengan tercukupinya air
- Kembali berladang, mengajak pemuda kembali berladang
- Pusat kegiatan budaya, menjadi pusat kegiatan budaya, sebagai salah satu bentuk pemeliharaan
Fungsi
- Utama: Sebagai sumber pengairan ladang pertanian
- Tambahan: Pusat kegiatan kreatif
Faktor Pendukung
- Curah hujan di Sindoro Sumbing cukup besar
- Kabut yang cukup besar sebagai subsitusi apabila kemarau sangat panjang sehingga menjaga ladang senantiasa lembab
Sistem Kerja Umum Sobobanyu
Air hujan yang ditampung kemudian dikelola dengan sistem buka tutup sesuai dengan kebutuhan. Kemudian ditampung di bak-bak kecil di setiap ladang. Bak di ladang fungsi utamanya untuk mencegah kekurangan air pada musim kemarau yang terlalu panjang selain itu juga menjaga level air di embung.
Kapasitas embung ditambah bak di ladang secara teknis belum dihitung namun idealnya harus memenuhi seluruh kebutuhan air di ladang. Setiap air di bak ladang terpakai maka harus diisi langsung, sehingga bak secara teknisi selalu penuh.
Pemeliharaan Sobobanyu
Pemeliharaan Sobobanyu meliputi dua aspek, perawatan mental dan fisik. Perawatan fisik hanya soal di atas kertas karena perawatan jiwa yang paling sulit. Jika kita mau berpikir ketahanan semesta. Sobobanyu adalah representasi jiwa-jiwa yang haus ngombe. Menimba air kehidupan. Terjadi kesatuan yang mistik antara masyarakat lokal dan Sobobanyu secara fisik.
Perawatan fisik akan berjalan ‘tanpa usaha ekstra’ apabila masyarakat lokal meyakini kehadiran Sobobanyu. Turutcampurnya mereka (baca: Sobobanyu) dalam kehidupan mereka melalui jalan misteri. Terikat secara jiwa dan roh. Sobobanyu harus dilihat oleh masyarakat lokal sampai level sebagai satu kesatuan. Tak terpisahkan. Diikat oleh adat budaya yang satu dan egaliter.
Sobobanyu sesungguhnya adalah sebuah perayaan kehidupan bagi masyarakat. Tarian, nyanyian dan rebana akan membangkitkan jiwa-jiwa nenek moyang Sobobanyu.
Inilah tantangan terbesar dari Tim Inti dalam rangka mempertahankan sebuah cita-cita luhur
Mengapa Harus Peduli?
Siapapun tidak bisa mengklaim tidak akan terpana dengan keagungan gunung. Tuhan sangat mudah ditemui di atas gunung telah menjadi rahasia hati masing-masing. Hanya duduk diam memandang gunung, Tuhan serasa duduk di sebelahmu. GUNUNG ADALAH TEMPAT MENIMBA PELAJARAN KEHIDUPAN YANG PALING SEJATI. TERLALU AMAT MENYAKITKAN BILA GUNUNG RUSAK HANYA ATAS NAMA PENGHIDUPAN.
Era sebagai penikmat gunung harus dinaikkan derajatnya menjadi penjaga gunung.
Semua orang yang mengaku pernah tersentuh dengan gunung tetapi tidak mau ambil pusing dengan kondisi gunung seperti makan di warung tidak mau bayar. Sangat keterlaluan. Terlibat perlindungan gunung mana saja tidak masalah. Terlibat dalam rombongan Rencana Pembangunan Candi Air Sobobanyu menambah daftar pejuang cita-cita sederhana.
Latar Belakang Nama Sobobanyu
Suatu malam aku bicara dengan Mas Joko Bibit selaku Koordinator Tim Budaya Sobobanyu agar membantu mencarikan nama sistem irigasi yang akan dibahas dalam rapat perdana tanggal 8 Agustus 2015. Setelah melewati beberapa diskusi akhirnya keluar nama Sobobanyu. Sobobanyu berasal dari bahasa Jawa, terdiri dari Sobo dan Banyu. Sobo berarti manusia yang berkelana, manusia yang mencari sedangkan banyu adalah air. Sobobanyu adalah manusia yang berkelana air.
Beberapa Tantangan
- Pemetaan ladang yang akurat sangat diperlukan, mengingat data akan terus dipakai. Bekerja dengan data yang komplet telah menyelesaikan 50% masalah karena solusi biasanya mendekati kebutuhan
- Kondisi lapangan di atas ketinggian 1500 meter dari permukaan laut merupakan sebuah tantangan yang tidak kecil
Data di sini diekstrak dari Buku Hijau Pertanian Abadi. Sindoro Sumbing. Rencana Pembangunan Sobobanyu. Bagi pihak yang ingin terlibat silakan hubungan pihak kami.
Comments