Blogs

BEBASKANLAH BURUNGMU KARENA KEINDAHAN TIDAK BISA DIKURUNG WALAU DENGAN SANGKAR EMAS! {LIBERATES YOUR BIRD BECAUSE THE BEAUTY CAN'T BE COOPED EVEN THROUGH A GOLDEN CAGE!}

Post Birds

Bebaskan Burungmu

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Walaupun aku tidak punya burung setidaknya aku bisa menulis tentang burung. Pohon-pohon berdaun merah yang melipir-lipir itu telah berhasil mengejar platform, usuk kayu penahan platform yang lapuk terkena hujan bertahun-tahun membuka akses ke dalam atap, di sanalah burung-burung membangun sarang. Suara-suara mereka yang alamiah bernilai lebih abadi, selain gratis, tidak repot dan tidak menanggung risiko apapun. Kebebasannya adalah kebebasan diri kita!

Kira-kira dua tahun lalu, sejak demam suara burung merebak di Temanggung bapak-bapak di perumahanku banyak mengoleksi burung. Macam-macam jenisnya. Ada yang harganya sampai jutaan seekor aku dengar. Rata-rata mereka memajangnya di depan teras rumah sesuai dengan fungsinya sebagai ‘mainan kaum laki-laki’. Setiap pagi burung-burung tersebut mengeluarkan suara yang merdu sekali.

Suatu waktu aku sempat melirik dari jendela dapur dan bertanya dalam hati mengapa burung tetangga di depan mengomel terus? Aku baru tahu beberapa hari kemudian, rupanya rumah di samping juga telah membeli burung. Burung-burung mereka hanya dipisahkan jarak satu setengah mobil kira-kira. Posisi sangkarnya pun berhadap-hadapan. Oh, jadi ini penyebabnya; burung-burung mereka saling caper.

Tanpa seorang lelaki dewasa di rumah mana berani aku berandai-andai punya burung. Memikirkannya saja ‘haram’. Biarlah mereka repot aku yang mendapat manfaat kataku dalam hati. Setelah anakku sekolah di Yogyakarta, praktis rumah di Temanggung tidak ada yang tinggal. Aku baru menyadari bahwa rumah kami tidak benar-benar kosong; burung-burung telah menghuni rumah kami. Semakin hari semakin banyak.

Kesenangan mereka telah berhasil memancingku. Suatu pagi aku mengintipnya dari balik kelambu, mencari tahu sebenarnya mereka sedang ngapain sih kok senang banget. Kuperhatikan pelan-pelan, mereka bertengger di tali jemuran sambil bersiul lalu terbang lagi ke pohon di samping dan balik lagi. Karena saking ramainya suara mereka, aku pelan-pelan mencari perbedaan dengan suara-suara burung tetanggaku. Sangat signifikan sekali kutemukan bahwa suara burung bebas lebih ceria dibandingkan yang disangkar. Kebebasan adalah keindahan itu sendiri.

Suara mereka juga lebih lepas serta frekuensinya lebih lama. Aku bisa merasakan kebebasan yang mereka raih sementara pada burung tetanggaku tidak.

Memperhatikan para pencinta burung meng-kerangkeng keindahan aku merasa orang yang paling beruntung. Tidak perlu usaha memperoleh dan melepaskannya, secara gratis dan tanpa ikatan, keindahan itu hadir sebagai rahmat. Bukankah ini anugerah?

Suatu hari, burung tetanggaku yang mahal itu dicuri orang tidak dikenal padahal baru dua bulan ia beli. Pastilah tetanggaku kesal tetapi mau bagaimana lagi selain merelakannya. Para penjual burung mempunyai penderitaan tersendiri lagi terkait hitung dagang; usaha mereka memperolehnya masih harus ditebus kerugian dan tidak jarang ada yang terpuruk menanggung utang.

Burung juga bisa mati karena salah urus atau dimakan tikus misalnya tetapi yang paling cepat membuat burung mati karena kebebasannya dirampas!

Para pencinta burung kukira juga menyadari hal ini tetapi mengapa mereka tetap memeliharanya? Selain alasan ekonomi, mengisi waktu atau mengatasi kesepian, tetapi hobi terhadap kemerduan suara burung adalah yang paling mengerikan bagi burung. Kalau ayam diternak diambil telur dan dagingnya maka ilmu ekonomi berlaku sama kalau burung dipelihara untuk diambil suaranya. Sejak lomba-lomba dikaitkan status seseorang terjadilah ajang-ajang burung siapa yang paling ‘perkasa’. Laki-laki mainannya memang tidak jauh dari soal beginian; tidak dari mobil dari wanita, harta atau kekuasaan mereka mencari diri.

Namun ada yang sangat jarang kita dengar seseorang sengaja membeli burung hanya untuk melepaskannya kembali! Orang itu ada tetapi tidak banyak. Setahu saya R-1 Indonesia telah melakukannya.

Dari sumber yang kubaca, burung mengeluarkan lima jenis bunyi, yaitu bunyi peringatan, ajakan terbang, permintaan tolong, nyanyian dan melakukan kontak untuk mencari pasangan atau memanggil anaknya makan. Secara umum menurutku kita dapat mengerti apakah burung sedang riang, sedih atau marah sebenarnya karena manusia mempunyai koneksi untuk sesuatu yang nilainya sama yang dibawa oleh makhluk hidup lain. Semakin kita memiliki kepekaan semakin kita mudah merasakannya.

Suara mereka yang menurutmu sangat indah tetapi mengenaskan bagi mereka karena tersirat kata-kata “bebaskan aku” “bebaskan aku”. Ada masanya si burung akan datang kembali mengucapkan terima kasih atau sekedar say hello menanyakan kabarmu atas nama kebaikanmu yang telah membebaskanya.

Hai lelaki, bebaskanlah dirimu agar bisa membebaskan burungmu. Bebaskanlah burungmu karena keindahan tidak bisa dikurung walau dengan sangkar emas!

Selamat Tahun Baru 2018. Tetap Sederhana.

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.