Blogs

KATAKU YANG TERAKHIR SEBELUM IA PERGI TIDUR, "KALAU KAU MENDAPATKANNYA DENGAN GRATIS MENGAPA TIDAK DENGAN GRATIS JUGA KAU BERIKAN?"

Woku

Gratis

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Kalau seorang Chef William Wongso mematok tiga ratus juta untuk ‘set up’ sebuah restoran baru maka dengan segala kecintaanku terhadap dunia kuliner akan membandrol enam ratus juta rupiah. Intinya, berapa pun dan siapapun mematok harga maka tolong dua kali lipatkan untuk standar pelayananku. Heee..heee.

 
Titian Rambut Dibelah Tujuh
William Wongso atau Chef manapun yang sering masuk teve sudah dipastikan sibuk luar biasa belajar ke sana ke mari untuk bisa membuat suatu masakan dengan ranah “makan bukan untuk kenyang” tetapi “makan adalah keindahan”. Konsep industri sesuai preferensi yang mereka ingin jual akan digeber ke sana semua sedangkan aku hanya secara otodidak belajar dari ibuku sendiri dan kemudian pengalaman hiduplah yang menggemblengku mampu menciptakan cita rasa sampai level titian rambut dibelah tujuh. Masakan pertama kali sebelum dimasak harus didukung naluri agar bisa dinalar dengan baik. Lewat proses sebelum, sedang dan yang akan terjadi serta aspek harmonisasi sudah harus tertangkap sedangkan makanan yang masih sekedar bermain di level panca indra adalah kebiasaan industri.

Sepanjang hayat seorang ibu adalah pembelajaran cinta dengan menjadi juru masak keluarga. Ibu juru masak keluarga. Pengalaman yang bisa dipetik dari ibu juru masak keluarga adalah sekolah yang paling mahal di dunia, bersifat eksklusif, tiada duanya dan muridnya hanya satu, anaknya. Yang lain menjual genre makanan yang sudah termodifikasi dengan tren dan penyeragaman pola pikir industri sedangkan aku membawa orisinilitas sebagai fondasi bahwa urusan memasak semata-mata bukan karena dagang tetapi karena cinta.

 
Bumbu Dasar Dunia
Urusan lain seperti cara penyajian, pemilihan menu, tema, peralatan makan dan asesoris pendukung semuanya adalah tentang teknis dan strategis belaka dan bagi siapa saja yang mempunyai jiwa memasak akan sangat mudah menerjemahkan jutaan metoda dan ilmu gastronomi yang bisa diperoleh dengan bebas di media-media namun pengalaman dan ikatan mendalam dari proses melihat dan mengalami dedikasi ibu juru masak keluarga adalah bumbu dasar dari segala proses memasak dan menjadikannya sesuatu yang pantas dikenang.

 
Serius Amat
Jangan terlalu serius ketika membaca artikel ini dan lenyapkan dugaan aku sedang beralih profesi dan sedang mencoba melakoni peran seorang Chef profesional. Jujur kalau aku tidak menjadi penulis dan menemukan diriku lewat jalan pulang Sindoro Sumbing mungkin sekarang di dapurku sudah terpasang minimal dua model kitchen set permanen; internasional dan nasional adalah roh dari kitchen cita-citaku (red: sebagian kisah kitchen set kuulas dalam konteks modern-kuno, gas-tungku dalam novel Trilogi Hidup Sederhana sebagai ungkapan kerinduanku pada dunia kuliner) dan permanen artinya setiap hari wajanku akan krang kring kreng menyajikan hidangan-hidangan penuh makna dan memenuhi dunia dengan asap makanan.

Pada bagian ini, aku baru akan menyampaikan maksud dari harga yang kubandrol di atas dengan kisah pembelajaran seorang anak kawan yang sedang belajar memasak di rumahku saat ini.

Jadi ceritanya, pada hari ke-21 pembelajaran, tahap belajar memasak sudah memasuki fase serius, ini adalah hari yang kedua, aku menilai anak kawanku itu secara perlahan-lahan mulai bisa memasak namun masih terbatas pada apa yang kuajarkan, pikirannya sangat kuat dikuasai industri sehingga naluri sulit terbentuk secara alamiah ketika berhadapan hal diluar yang kuajarkan. Hari itu membutuhkan lima jam hanya untuk mempersiapkan sekitar 8 porsi bumbu rica-rica, 5 butir kentang perkedel dan beberapa ons buncis wortel. Hingga pukul 23.00 malam baru selesai. Bumbu rica-rica memang membutuhkan material sangat banyak yaitu sekitar 21 jenis, rica-ricaku adalah pengembangan woku Manado.

Pelajaran dibalik rica-rica yang kuajarkan adalah tentang “Kebebasan Menerima dan Memberi”. Jadi setelah ia agak istirahat cukup lama, tubuhnya yang bulat dan putih mulai kembali kelihatan berisi, aku pun menanyakan pandangannya tentang resep yang telah kuajarkan apakah ia tidak keberatan membagikan kepada orang lain?

Katanya, “Tergantung siapa dulu orangnya, kalau saudara akan saya berikan, kalau orang lain gimana ya?” Lalu kutanya, “Aku saudaramu bukan?” Dia terdiam. “Darimana kamu mendapatkan semua resep dan cara memasak?” tanyaku membuatnya terdiam lagi.

Aku pun menjelaskan maksudku bahwa pertanyaan ini baru akan menjadi dilema setelah usaha makanannya terkenal dan sukses. Ketakutannya membuka rahasia dapur bukan dikarenakan pihak lain akan menyainginya tetapi lebih karena ia selalu tahu bahwa semua resep dan segala hal yang kuajarkan kepadanya adalah “gratis” dan bahkan ia juga sangat tahu uang bulananku yang pas-pasan juga turut kulayangkan untuk pembelajarannya.

Bahwa grafik pertumbuhan bisnis makanan setelah lewat masa inisiasi sudah ada polanya, bisnis hotel juga, bisnis apa saja akhirnya mau tidak mau harus tunduk terhadap suatu pola yang sudah terkumpul dari berbagai pengetahuan dan pengalaman manusia beraktivitas. Makanan yang baru atau sesuatu yang masih baru akan dicari-cari, dikejar-kejar seperti lelaki yang sangat menyukai istrinya pada malam pengantin, baju baru, jam tangan baru, ponsel baru, pulpen baru, semua memberi perasaan ‘sesuatu banget’ pada awal mula, tetapi waktu memang sangat pintar melunturkan sebuah kejayaan dalam pikiran dan perasaan, entah jadi bosan entah hal lain namun setidaknya kita akan sepakat setelah sampai “merasa biasa terhadap yang baru”.

Kataku yang terakhir sebelum ia pergi tidur, “Kalau kau mendapatkannya dengan gratis mengapa tidak dengan gratis juga kau berikan?”

Hal ini sangat penting dimengerti agar kita selalu ingat asal usul dan paham bahwa kita ini ada dan bisa sampai di satu titik karena ada proses pemberian. Lalu aku pesan kalau ia belum bisa menjadi “pembawa solusi” setidaknya ia tidak menjadi “pembawa masalah”.

Dan menjelang agak malam aku melihat ia mengeluarkan keripik pisang yang ia beli bersamaku dua minggu lalu namun ia simpan dalam tasnya sementara seminggu lalu aku telah meletakkan keripik pisangku di dalam toples rumah

Sekarang silakan pilih-pilih paket-paket yang telah kusiapkan dengan pilihan menu-menu dari berbagai mancanegara namun nusantara jelas mendonimasi. Janjiku adalah Chef Kehidupan.

Kredit foto: jakartacitylife.com
Sumber: Kumpulan Kisah Inspiratif Untuk Bisnis-Seri Hidup Simpel (by Giharu)

 

PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.