Kembali Bersih?
Kita masih ingat, sering disuguhi angka yang gede-gede. Mungkin terhitung sejak pilkada DKI jargon angka menjadi viral. Tanpa menyebutkan siapa yang memulai, kita pernah dihebohkan dengan angka satu juta umat, angka cantik 999 pengacara yang akan turun membela si anu, sekian ratus ribu massa akan demo memenuhi stadion. Di kalangan emak-emak juga sering melakukan pamer angka, aku paling eneg mendengarnya apalagi soal perabot mereka. Saat kita mendengar hal ini kurasa yang terlintas dalam pikiran kita adalah mereka adalah orang-orang sombong yang sok pamer.
Dalam konteks politik dan hubungan superior-inferior, pamer angka adalah sejenis unjuk kekuatan untuk memberi tekanan. Orang-orang yang melakukannya ingin meraih atensi wah dari yang ia lawan baik secara perseorangan dan kepada publik. Bahasa tersiratnya sangat jelas ingin menyampaikan, “Lo jangan macam-macam!”
Terakhir hati kita sangat pilu karena seorang penguasa yang dulu dibela menyetujui mengerahkan 100 pengacara untuk memenjarakan seorang relawan. Menurutku satu pengacara saja sudah cukup untuk memenjarakan dirinya kalau memang ia bersalah. Tidak perlulah sampai mengerahkan orang sekampung. Kalau hal ini dilakukan oleh seseorang yang punya power justru akan menistakan powernya. Antipati akan semakin membentuk gelombang membanjiri halaman hatinya. Karena ini Lebaran, kita pasti sangat tahu ibu-ibu sedang sibuk mengocok telur untuk membuat kue. Telur dalam kondisi biasa saja punya daya mekar, daya kembang adalah kekuatan telur yang sehat tetapi coba kalau telur itu dikocok 100 jam akan jadi air tidak?
Dengan kapasitasnya sebagai orang penting yang punya akses luas di negeri ini serta memiliki harta kekayaan yang melimpah apalah arti seorang relawan baginya? Relawan hanyalah salah satu rakyat yang ingin menyuarakan isi hatinya. Dia hanyalah satu dari sekian banyak rakyat yang ingin negara ini beres. Dalam konteks negara yang beres apakah penguasa tersebut tidak mengingininya po? Justru dengan dia memperkarakannya semakin menunjukkan komitmen yang rendah terhadap kritikan. Harusnya ia bertanya mengapa rakyat benci kepadaku? Apakah gerangan yang telah kusakiti? Itu baru pemimpin!
Kadang manusia itu suka lupa dengan asal-usul kapasitas yang melekat pada dirinya. Kekuasaan penguasa itu hanyalah kunci duplikat yang masternya dipegang oleh rakyat. Kalau rakyat mau bisa saja rakyat mengambilnya kembali. Seorang penguasa atau pejabat negara harus paham bahwa semua yang dulu mendukungnya sangat kecewa dan terluka apabila dia tidak berlaku seperti yang diharapkan. Rakyat hanya menuntut kontrak politik yang sangat standar kepadanya.
Bukankah seorang penguasa dipilih untuk mewakili semua golongan dan kepentingan? Bukankah itu ada di dalam sumpah jabatannya? Ini sangat standar bukan? Kalau pendukungnya baru sadar merasa telah tertipu dan mulai ragu dengan komitmennya boleh donk.
Kritikan bisa dalam bentuk ringan sampai pedas. Hanya hati yang terbuka dan bersih yang mampu menerimanya dengan lapang dada. Satu hal yang perlu diketahui yang paling jujur bahwa saya pribadi dan kawan-kawan malu dan menyesal pernah memilih dirinya. Ketidakmampuannya bersikap netral bagiku adalah cacat etika.
Kalau kami menarik dukungan terhadap dirinya dan membuat mosi tidak percaya maka seharusnya dia mawas diri. Tidak ada gading tidak retak. Katakanlah kalau relawan yang ia perkarakan bersalah menurut hukum tetapi bagaimana mungkin memenjarakan suara hati karena dia mewakili suara hati kolektif. Suara hati tidak bisa dipadamkan walau sebebal apapun manusianya seperti Purnama tidak bisa dipenjara. Waktu akan mengungkap kebenaran.
Terserah apakah hal ini bisa diterima atau tidak, yang jelas masa merenung sudah selesai. Puasa akan segera berakhir. Seandainya masa puasa adalah masa evaluasi diri maka idealnya merayakan Lebaran harus dengan hati kembali bersih agar menjalani hari-hari berikutnya lebih ringan. Semoga tulisan ini tidak membawa 100 pengacara baru untuk memenjarakan diriku. Semoga mencerahkan!
Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir & Batin. Selamat Hari Hari Idul Fitri 1438 H.
Dari Keluarga Besar YPG dan RKP.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.