Blogs

INTINYA, MANUSIA MODERN MENIKMATI HAL-HAL SEMU KARENA TIDAK MAMPU HIDUP DALAM REALITA {THAT POINT IS THE MODERN HUMAN MUST ENJOY UNREAL THINGS TO SUSTAIN IN THE REAL WORLD}

Post Sem

Kepala Di Kaki

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Jangan pernah mengikuti seseorang karena “atribut” yang melekat pada dirinya, melainkan karena “apa” yang kau butuhkan ada pada dirinya sehingga kau bisa bebas dari jebakan psikologis angka.

Sadarkah bahwa diri kita masing-masing sedang saling menularkan penyakit milenial yang berasal dari psikologis angka? Membangun realita dari hal-hal semu berdasarkan angka-angka adalah penyakit psikologis pada zaman now yang kita tanggung bersama sebagai generasi yang tergila-gila dengan angka-angka.

Mencermati dinamika sosial media hari ini, kita seperti sedang menyaksikan rombongan jiwa-jiwa nyasar, hilir-mudik tanpa tujuan. Kita adalah generasi yang dihibur dari angka-angka. Kita hidup dan mati demi angka.

Angka-angka telah menjadi sajian utama untuk para pengambil keputusan ketika ingin menampilkan sesuatu. Maksudnya agar mudah dimengerti oleh mereka yang sibuk sehingga bisnis harus menyajikan sesuatu dengan cepat, singkat, padat, dan tepat. Angka-angka memberi sugesti “betapa sesuatu itu besar”. Angka-angka ini bisa keluar setelah melakukan pemetaan data ril, itu idealnya. Angka juga bisa merupakan hasil prediksi, hal ini sah-sah saja.

Dalam bisnis maupun ilmu statistik, sugesti angka sangat berperan membentuk opini dan bahkan menentukan keputusan seseorang, sebuah kelompok sampai sebuah negara. Sugesti angka kemudian berkembang menjadi sebuah lini industri teknologi medsos yang sangat menjanjikan. Kita bisa katakan mungkin gara-gara FB-lah maka semua medsos mempunyai gejala yang sama, menjual bisnis mereka dari angka-angka. Sugesti angka ini juga akhirnya dijadikan salah satu metoda untuk meraih dukungan publik yang dimainkan oleh sebuah kelompok politik dan keagamaan, bahkan mereka lebih berani lagi mengeluarkan ‘angka suka-suka’ tanpa tanggung jawab moral.

Jasa penambah follower, like atau comment bukan sesuatu yang tabu dalam dunia teknologi; sebenarnya fenomena ini adalah realita kehidupan itu sendiri. Ada yang membuat obat penyembuh ada yang memproduksi racun, seperti ada yang menanam ada yang menebang.

Jasa seperti itu bertebarangan dan mudah kita temukan. Ada yang benar ada yang untuk menipu. Ada banyak jasa menawarkan bisa menambah 10.000 follower atau like dan comment untuk segala medsos dalam hitungan menit. Katanya sih pakai akun ril. Pelaku aktif medsos memang lebih senang mendapat reaksi dari akun ril dibandingkan robot padahal keduanya sama-sama semu.

Jadi proses kerjanya; suatu akun yang sudah dibobol tanpa ia sadari dan hampir tidak bisa ditelesuri telah dipaksa oleh sistem untuk memberi komentar atau like atau follow suatu akun yang mengambil jasa mereka. Seperti yang dulu pernah aku temui tanpa sengaja gara-gara melihat foto kawanku ada di Fan Page seorang musuh publik. Ketika ia kuberitahu ia kaget setengah mati, kok bisa padahal ia merasa tidak pernah like.

Kalau proses kerja robot lebih sederhana lagi; di sistem telah dibuat sejumlah akun fiktif. Akun-akun ini bertugas mengerjakan perintah sistem like misalnya, memberi komentar atau mem-follow. Sebenarnya akun robot dari sisi ini lebih stabil.

Dalam hal ini FB dirugikan karena porsi iklannya bisa terambil jasa ini, namun apakah FB sendiri juga jujur, secara alamiah membiarkan akun kita yang tercolek oleh iklan berbayar itu bereaksi memberikan ‘like’ atau ‘comment’. Bisa jadi, akun-akun robot yang telah diciptakan FB sebagai pancingan dan setelah sugesti terbentuk akun robot itu diatur akan menghilang secara perlahan-lahan. Hal ini sangat memungkinkan karena aku pernah coba mengiklankan sebuah FP dan baru mudeng ternyata tidak bisa melihat semua akun yang telah me-like khususnya kalau like sudah diatas jumlah tertentu. FB tentu ada alasan karena ini akan memperlambat kerja server-nya sehingga hak akses dibatasi.

Kalau semua orang sudah tahu itu semu berarti itulah yang nyata tentang kita bukan? Sebagian besar warganet saling gotong-royong menjerumuskan diri dalam hal-hal semu; aneh ya? Selain faktor ketidaktahuan sementara sugesti psikologis angka mengambil tempat di alam bawah sadar kita.

Intinya, manusia modern menyembah hal-hal semu karena tidak mampu hidup dalam realita. Semu seolah nyata, tetapi sadarilah bahwa dunia yang kita pijak sebenarnya adalah kepala kita, kaki kita berada di kepala.

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.