Penyeimbang
Hanya pemilik jiwa yang mampu berdiri dengan satu kaki yang akan diseleksi semesta untuk memberi perimbangan dalam dunia yang terus bergelut menuju kesempurnaan. Sebab kesempurnaan itu tidak pernah bisa dicapai, hadirlah kupu-kupu untuk memberi pemahaman agar kita masih bisa tertawa dan tidak terlalu susah hati ketika dunia dikelilingi pihak-pihak yang mengaku sebagai penyeimbang sementara mereka berdiri dua kaki saja goyang.
Penyeimbang Oleh Pedagang Yang Baik Hati & Pedagang Yang Tamak
Kalau kita pernah punya pengalaman belanja di pasar tradisional, uang yang akan kita bayar akan dipaskan dengan anak timbangan untuk menyeimbangi satu kilo singkong yang kita beli. Kalau bertemu penjual yang baik hati dan jujur maka anak timbangan yang ia berikan pasti berasal dari anak mata hatinya, singkong yang kita bawa pulang pun terasa ringan padahal timbangan ia lebihkan dan tentu dengan senang hati pula kita olah menjadi kue lepet yang lezat.
Jika kita mendapat penjual yang tamak, selembar besi sudah menempel dibawa timbangan untuk menipu perimbangan namun ada tetanggaku yang menganut pemikiran orba ‘penjual adalah raja’, ia melakukannya lebih licik lagi, ia tidak menempelkan selapis besi untuk menipu keseimbangan tetapi melakukan intervensi dengan tidak memakai timbangan. Menurutnya telur sekilo 16 buah, jadi ketika orang belanja seperempat kilo akan mendapat 4 butir dan tidak jarang kadang hanya 3 butir untuk ukuran sedang yang menurutnya sangat besar dan akan merugikannya. Baginya adalah kepentingannya, pelanggan boleh rugi asal dia untung. Dia mungkin sedikit senang jualannya ada yang beli padahal tetangga yang belanja adalah tipikal pelanggan kepepet.
Penyeimbang Oleh Orang Yang Kehilangan Pegangan
Selain anak timbangan, banyak juga orang memakai siar, kothbah di mimbar-mimbar ruang keagamaan untuk memberi perimbangan. Siar dari orang-orang yang kehilangan pegangan akan terasa kothbahnya seolah menyentuh bagi orang yang kehilangan pegangan pula namun akan terasa seperti mengandung kotoran kalau didengar oleh orang-orang yang hatinya bening. Orang-orang yang kehilangan pegangan tidak akan segan mengirim nasihat untuk jujur saat ia sedang ‘indehoi’ dengan kekasih gelapnya atau saat sedang melakukan intimidasi verbal karena pegangan kothbahnya berdiri di atas rabuk. Kita harap ia tidak amruk ke dalam jurang sampai ia menemukan jati dirinya yang utuh.
Penyeimbang Oleh Yang Kalah
Hari ini menjadi headline besar di media, yang kalah karena tidak dapat ‘kamar’ menyatakan akan menjadi penyeimbang dan bahkan para pengamat dan profesor tata hukum negara juga mengatakan hal yang sama. Bagi kita yang ingin hidup baik tentu masih bisa membedakan penyeimbang jenis apa yang akan mereka hasilkan untuk rakyat, karena sebelum memulai saja sudah terasa cempreng di telinga.
Harap maklum karena penjahat, pencuri dan orang-orang dengan semangat yang disadari niat-niat terselubung dan akalnya sudah membusuk pasti harus lebih rapi pekerjaannya agar tujuannya tercapai, di mana-mana orang baik selalu keteter menghadapi orang yang jahat. Mereka membawa bludoser untuk menggilas. “Kami Adalah Penyeimbang” kampanye terbaru mereka. Dengan saraf yang sudah putus semua apa mungkin mereka memberi keseimbangan sementara berjalan dua kaki saja mereka menggigil ketakutan.
Menjadi penyeimbang diperlukan jiwa yang besar untuk memahami bahwa diri ini hanyalah seberkas dalam semesta yang akan hilang ditiup angin, masalah keinginan yang tidak bisa digapai harus direlakan menjadi bagian skenario besar dari sebuah proses berjiwa besar.
PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.