Blogs

MUSUH PERTUMBUHAN ADALAH KEKERDILAN {THE DWARF IS THE ENEMY OF GROWTH}

Post Scarp Metal

Rantai Tua

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Semua orang yang menjadi sumber masalah berangkat dari anak-anak yang sangat menyenangkan. Aneh ya? Lucu dan menggemaskan tetapi kok bisa jadi begundal? Ingin rasanya mencubit pipinya yang seperti bakpao namun kini rasanya pengen menonjok ke bakpaonya…heee. Susu yang mengotori pakaiannya awalnya membuat kita ketawa geli sekarang syoookoriiii! Setiap pagi wajahnya polos memerah bak buah delima—sudah sampai puncak ingin sekali meludahi mukanya ya ampun mengapa bisa begini? Betapa sedihnya kita ketika mendengar tangisan mungilnya—tidak ada lagi rasa kasihan!

Anak kukira sejak kecil secara perlahan dilatih agar tidak menuntut terus dan diberi pemahaman bahwa sebagian besar hidup adalah sebuah fatamorgana.

Begitu banyak yang disediakan tetapi hanya sedikit yang dibutuhkan. Banyak keinginan tetapi hanya sangat kecil yang terealisasi. Orang-orang bermasalah biasanya sudah ada bibit suka memaksa kehendak sejak kecil, yang tidak bisa mengendalikannya akan jadi sampah masyarakat.

Mereka adalah musuh kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan berasal dari kata hidup. Musuh hidup adalah mati. Hidup ditandai pertumbuhan yang menuju ke arah yang baik. Musuh pertumbuhan adalah kekerdilan. Orang-orang bermasalah itu jiwanya kerdil. Karena mereka tidak mampu menyelesaikan ketidakberesan dirinya maka ia menyeret-nyeret apa saja yang bisa ia seret agar orang mengikuti kehendaknya dengan demikian ia merasa hidup.

Dalam hidupku seumur-umur belum pernah mendoakan hal negatif termasuk kepada orang-orang yang menyakitiku tetapi sebaliknya. Kurasa hal inilah rahasia yang membuat wajahku tetap awet muda. Orang-orang seperti diriku mempunyai pintu maaf yang berlapis-lapis bukan rumah berlapis.

Namun sejak Si Penunggang Kuda memasuki arena Pilpres 2014, dinamika perpolitikan Indonesia diaduk-aduk sesuka hatinya. Dalam 3 tahun ini rakyat benar-benar terkuras energinya. Sudah tekor paket kerja tidak menentu pulak! Keributan di media sosial sangat luar biasa terjadi. Fitnah terus disebar untuk mengambil atensi. Perkelahian dunia maya menjalar ke dunia nyata. Rakyat selalu menjadi korban.

Apa yang terjadi hari ini bukanlah hal baru. Polanya hanya mengulang Pilpres 2014. Ada tiga kubu, kubu yang kebelet mau berkuasa, kubu keracunan agama dan kubu penyandang dana yang punya kepentingan bisnis. Mereka saling membonceng. Siapa duduk di tengah, siapa di belakang dan memegang kemudi ganti-gantian. Mereka akan terus berusaha menaikan eskalasi. Membuat variasi tema yang sudah bisa ditebak yang tidak jauh dari isu aseng, kopar kopir, anti Islam, ekonomi, khilafah dan PKI. Aku tetap mempercayai analisaku isu-isu tersebut hanya beredar di kalangan mereka sendiri yang jumlahnya tidak melebihi orang waras. Tetapi mengapa mereka seolah lebih menonjol karena mereka melakukan intimidasi dan kekerasan. Aku ingatkan, pakai kembali cara mereka. Jangan takut. LAWAN!!! GEBUK!!! Pengalamanku mereka hanya berani ramai-ramai dan yang pentul korek siang malam ganti baju.

Perubahan Arab yang dramastis dalam memandang Islam secara besar-besaran telah memberikan angin sejuk di dalam negeri. Kelompok kearab-araban akan gigit jari. Perempuan bercadar mulai berpikir islam bukan pakaian tok. Tukang pangkas akan kebanjiran order potong jenggot. Aliansi Arab dan Israel yang terus dibangun akan membuat kelompok kompor meleduk kehabisan sumbu dan minyak, mereka mulai berpikir apakah akan kembali menjadi pedagang asongan atau siomay. Prediksiku tentang kopar kopir, anti Islam dan negara khilafah secara nasional bahkan regional akan melemah karena Arab-Israel kini dalam satu poros. Si Sengkuni AR yang sering dikaitkan orang dibalik HTI akan paling menderita. Kita akan lihat ia akan lebih banyak waktu menghitung uban daripada ikut demo lagi.

Apa mereka akan diam tentu tidak. Orang-orang bermasalah akan mewariskan masalahnya kepada pengikut-pengikutnya yang juga bermasalah. Mereka akan terus saling memberi karat pada akal sehat masing-masing, kait-mengait seperti lingkaran setan. Membayangkan mereka adalah tumpukan masalah aku jadi ingat tumpukan rongsokan rantai tua di sebuah pelabuhan yang akan ditenggelamkan.

Tiga tahun telah berlalu. Sebelum kampanye 2018 aku mengevaluasi kembali. Beberapa kawan seperjuangan kulihat tampak lebih tua dan diriku sepertinya juga begitu. Aku sudah lama sadar bahwa rakyat yang sangat mencintai negara ini secara individu terbawa kolektif energi negatif. Hal ini tidak bisa dihindari lagi. Pesanku tidak perlu menjadi rakyat tingkat dewa untuk mengurai rantai tua. Semesta menyelenggarakan kehidupan ini sudah ada pakemnya, nanti ada unit tersendiri yang mengurus rantai tua.

Akhirnya memang politik membuka mata kita. Fragmentasi hitam putih dan baik jahat akan terus memisah dengan sangat jelas. Artinya selama bicara negara, kepentingan bersama yang dibangun dari keringat rakyat maka orang-orang jahat akan berhadapan dengan orang-orang baik. Orang-orang baik harus terus mendorong dan membantu agar negara ini semakin baik.

Terus terang yang waras saja kadang ikut terpancing apalagi yang tidak waras. Seharusnya kan rakyat bersatu. Apakah bisa dengan beraneka-ragam diversitas dan kepentingan? Bisa menurutku! Dasarnya adalah kewarasan! Bagaimana caranya?

Pertama sadar ‘waras’ aku dan negara saling terkait. Sadar apa yang telah aku lakukan, kondisi kekinianku seperti apa, tentang diriku, hidupku kemudian membangun kesadaran bahwa yang sedang terjadi pada negara ada kubu haus dan lapar kekuasaan dan bancakan. Kedua mulai bertanya mengapa aku begini, mengapa aku miskin, bodoh, mengapa cepat terprovokasi dan mengapa mau dibodoh-bodohi? Ketiga apa yang bisa aku lakukan untuk mendorong perubahan ke arah positif untuk diriku dan untuk sekelilingku?

Jujur aku belum pernah menyumpahi orang, tetapi sejak 2014 – 2017, ada 7 tokoh yang telah aku sumpahi cepat mati! Ini terjadi secara spontan. Permainan sudah sangat sangat kotor sekali. Mereka adalah Si Kumis, Sengkuni, Mas Wowor, Duo F, Bapak Gabener dan Wagabener.

Mereka terus melakukan kegilaan. Si Kumis tidak bisa lepas dari sifat kemaruk, Sengkuni terobsesi khilafah, Wowor merasa wajib harus jadi presiden karena ingat janji kepada emaknya, duo F sangat bangga dengan congornya yang bau dan terakhir Bapak Gabener dan Wagabener terus merasa paling keren menjadi manusia mencret.

Aku beruntung mendapatkan foto masa kanak-kanak mereka saat googling…heee. Mau tahu apa komentarku? Ya ampun Si Kumis lucunya dia, hmn rupanya kumisnya yang menggantung itu sudah ada pola ya…Dan alamak Mbah Sengkuni tingkahnya dari kecil memang sangat menggemaskan, kenakalannya walau seperti anak autis tetapi tetap saja menggemaskan dan aku benar-benar terfokus pada matanya yang seperti meong itu loh.., pokoknya gemas sekali DEH! Sang Pendekar Kuda memang dari kecil sudah sangat ganteng sekali, si cakep ini anak siapa sih mau donk kakak gendong. Buset Si Duo F itu! Ya, Allah tidak tahan aku melihatnya, lama-lama ingin aku cium pipi montok mereka apalagi aku menemukan sebuah foto lagi sebentar..mereka sedang disuapi bubur aduhai pipi gembul menyorong mulut mereka ke depan jadi tampak lucu sekali. Sedangkan untuk balita Gabener yang paling menarik perhatianku adalah rambutnya yang keriting, aku jadi ingat rambut kribo Michael Jackson yang telah diluruskan, coba kalau balita Gabener direbonding kayak LGBT gak yaa…? Oopss melas hatiku ketika menemukan foto kecil Bapak Wagabener, pantasan dari kecil ia memang sudah tampak agak lemah, kasihan sekali ya dia—mereka semua bagiku tidak lebih dari samp*h!

Aku sangat jarang berkata kasar dan selalu berusaha memakai bahasa berimbang tetapi ya beginilah! inilah yang jujur pendapatku “mereka benar-benar tidak lebih dari samp*h!”

Kalau ada yang berpendapat mereka adalah emas NOPE tetapi bagiku besi karat boleh donk! Mari kita berbeda. Aku tidak membenci orangnya tetapi kelakukannya.

Aku telah mengikuti sepak terjang mereka bertahun-tahun dan mencari beberapa literatur terkait mereka. Aku sudah sampai pada sebuah kesimpulan final bahwa mereka adalah makhluk-makhluk gagal. Mereka harus segera ditelan kembali oleh kehidupan agar udara Indonesia terasa lebih sedikit segar.

Mereka adalah pembunuh Indonesia yang sebenarnya! Antitesa yang mereka lakukan merupakan bagian dari kecacatan diri yang sudah fatal dan tidak bisa lagi diperbaiki. Kematian pun belum menyelesaikan masalah mereka karena karatannya telah menempel dan mengikat.

Aku jadi ingat perjuangan Thor dalam Film Thor: Ragnarok mengalahkan kakak kandungnya Hela si Dewi Kematian. Mengembalikan Hela pada kematian abadi mungkin seperti itulah perjuangan orang-orang baik karena kejahatan tidak sepenuhnya bisa dihilangkan.

Duhai rakyat segera sadar dan bangkit! Dukung hal-hal baik agar hidup kita ini tidak sia-sia.

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.