Blogs

SEJUTA ANGIN MEMBAWA JUTAAN KEBAHAGIAAN KARENA ALAMIAH BERTEMU RUMAHNYA {A MILLION WINDS BRING DOZEN MILLION HAPPINESS BECAUSE THE NATURAL THING MET THE SOJOURN}

Post Wind1

Sejuta Angin

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Tujuan kepulangan kami adalah liburan. Ke Temanggung kami liburan ke Yogyakarta juga liburan. Hidup yang penuh liburan adalah kami yang sekarang. Pokoknya pokoknya liburan. Jadi apakah kami tidak hidup sebagaimana layaknya orang hidup dari belajar dan bekerja?

Pengalaman memakai kendaraan umum dalam rangka liburan adalah kesempatan bertemu macam-macam kenek. Bila penampilannya awut-awutan, rambut gaya punk, bertato dan anak muda sudah pasti kenek cabutan. Kalau yang agak senior, rapi, baju dimasukin dan celana memakai ikat pinggang percayalah rata-rata mereka adalah kenek asli. Supir dan bis boleh itu-itu saja tetapi kalau kenek tidak gonta-ganti maka eksotisme moda transportasi darat Indonesia akan memudar di mata penjelajah. Karena dari sanalah kesemrawutan tarif dan premanisme memperkaya kisah perjuangan. Weleh weleh…

Macam-macam kenek macam-macam gaya donk, kalau kenek cabutan biasanya lebih kemaruk hantam-kromo tanpa pilih-pilih mengambil ongkos sedangkan kenek asli masih punya sedikit malu, mereka pilih-pilih muka. Mana yang plengok-plengok akan menjadi sasarannya.

Kenek boleh macam-macam tetapi tarif muka kami selalu tidak pernah wajar. Intinya mau model kenek kayak apa tetap saja muka kami selalu terjaring sebagai mangsanya! Heeee.. namanya juga liburan!!

Hal-hal seperti ini bagi kami tidak sampai mengurangi keasyikan di perjalanan dan tidak pernah membuat kapok setidaknya untuk diriku, untuk anakku masih tergantung angin-angin. Selalu ada saja sepotong kisah baru. Selain kenek yang menyita perhatian ada juga soal kualitas angin. Nah, waktu kami sudah di dalam bis, aku telah tahu alasan anakku memaksa duduk di belakang dekat pintu tetapi setengah kupaksa pindah ke kursi tengah yang telah aku pilih. Aku sudah memperhitungkan apa yang masih bisa kuperhitungkan. Ini soal pengendalian kenyamanan yang masih tinggi ditengah keterbatasan liburan ala kampung.

Sepertinya suasana kali ini sangat berbeda. Perasaan yang terbentuk pun jadi berbeda. Hari masihlah pagi waktu kami pulang dan kebetulan Jumat pula. Apa yang kami pikirkan untuk siap-siap menahan napas daging terjepit si Kenek yang mondar-mondir serta menahan gerah kayaknya absen hari ini. Benar terbukti supir tiba-tiba masuk ke bis dan menyalahkan mesin sementara penumpang belum penuh. “Bis sepi Nak assekkk!” kataku girang kepada anakku karena kami akan mendapatkan bonus angin. Anakku manyun tanda happy. Bis luar kota kalau sudah keluar terminal maka bobot matinya tidak akan berubah banyak, paling satu dua biji penumpang yang akan naik di tengah jalan. Cihuyyy…kataku menyenggol pundak anakku. Ia tambah mesem-mesem karena akhirnya dapat angin.

Setelah bis bergerak, angin mulai masuk lewat jendela yang setengah tertutup. Anakku pasti selalu pilih duduk dekat jendela. Ia memang nomer satu kalau soal mencari angin di bus. Ia kulihat benar-benar sangat menikmati perjalanan kali ini. Rambutnya yang pendek seperti membentuk jambul Tintin. Bulu matanya sampai kedip-kedip merasakan angin. Jaket yang tadi aku minta buka dipakai kembali. Aku merasakan sarafnya mulai enjoy.

Bisa melihat angin menerpa wajahnya adalah rahmat di tengah keterbatasan. Kualitas kebahagiaannya terasa lebih asli. Kebahagiaan kejadian alamiah bersifat apa adanya tanpa bisa diperintah uang dan kekuasaan. Alasannya bokek membawa kesenangan. Kesenangan seperti ini menurutku beda kualitasnya dengan kesenangan nonton film yang didapat dari menghabiskan 20 kali ongkos bis atau dengan pengalaman memakai mobil pribadi.

Terkait mobil pribadi yang kupikirkan sebenarnya adalah tentang angin itu. Aku jamin jendela hanya akan kubuka sebentar atau kepala jadi pening. Ada suatu persoalan yang kita sering salah kaprah tentang hubungan kebahagiaan dengan kenyamanan. Kalau semakin nyaman dikira akan semakin bahagia menurutku tidak sepenuhnya benar justru derajat kebahagiaannya akan semakin menurun. Kok begitu ya? Coba minum air dari galon dengan kendil tanah liat mana yang lebih segar? Begitulah kebutuhan jiwa yang alamiah adalah hal-hal alamiah juga, demikian juga mengapa orang-orang yang berada di tempat yang kekeringan lebih mudah mendapat kebahagiaan dari secangkir air minum dibandingkan orang di lokasi yang mudah mendapatkan air. Crottt…

Persoalan yang timbul dari suatu perjalanan dengan mobil pribadi sangat mudah ditebak. Dari isu isi ke pom, ban kempes, kebelet pipis, betis pegal dan ditilang mungkin bisa memperkaya jiwa tetapi jiwa yang sebelah mana? Jiwa lumayan sering membutuhkan kondisi alamiah yang tidak disangka-sangka.

Aku kira di dalam pikirannya juga melakukan hal yang sama denganku, kami terus menghitung pohon melalui kualitas angin yang kami terima. Semakin banyak angin, semakin udara bersih otomatis kebahagiaan meningkat. Hati terus memeluk kekinian seiring jalan yang menanjak. Arah rumah tersisa beberapa kilometer lagi.

Pas setelah angin semakin memuncak, jiwa pun semakin tenang, aku sempat berpikir anakku sangat beruntung mempunyai ibu seperti diriku. Aku sudah memberikan banyak tabungan pengalaman alamiah kepadanya. Ia masih berusia 12 tahun, semua jenis-jenis angin lewat jenis transportasi sudah pernah ia rasakan, amit-amit jangan deh untuk angin pesawat. Angin yang masuk ke pesawat hanyalah angin jahat yang mematikan dan hanya ada pada kisah pesawat pecah di udara. Duarrr…

Dari semua itu, dari angin jahat dan baik kuharap mengisi kisi-kisi jiwanya yang masih rapuh, agar kelak ia dengan gagah berani dan kokoh seperti pokok yang kuat menghadapi angin yang sebenarnya.

Arti pengalaman ini mungkin ia belum mengerti sepenuhnya saat ini. Tak mengapa, mereka sudah tersimpan rapi di sana. Pengalaman ini akan mengajar dirinya saat diperlukan. Saat-saat keterbatasanlah sesungguhnya pelajaran angin lewat keterbatasan akan mendidik kuat.

Tidak pernah cukup dengan sejuta angin karena mereka hanya bisa dirasa lewat kulitmu, tidak bisa ditangkap dan dibawa pulang seperti burung yang kau biarkan bebas di angkasa kau akan mendapatkan kebebasanmu. Juga seperti harum bunga yang hanya bisa tercium oleh hidungmu—maka begitulah jiwa harus mendapat rumah. Semua itu terjadi karena jiwa telah disiapkan. Inilah kemampuan asertif manusia itu Nak; masih mampu menyiasati situasi apa saja menjadi sebuah kesempatan berharga.

Gabungan keterbatasan yang rela dimaklumi dan keindahan yang wajib kau raih—itu adalah satu paket arti kehidupan.

Angin hanya perantara.

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.