Blogs

TIKUS KEHIDUPAN ADALAH KETAKUTAN ITU SENDIRI {THE RAT OF LIFE IS THE FEAR ITSELF}

Post Tikus Wisuda 2

Tikus & Wisuda-1

FacebookTwitterLinkedInShare
 

Penanda waktu adalah pertumbuhan anakku. Akan tetapi kata “pertumbuhan” lebih baik aku ganti ke “perkembangan” ‘tuk hargai masa-masa sulit yang dibawa dari masa lalu. Karena ia bukan tunas lagi tetapi secara perlahan ia telah sedang “berkembang” menjadi sebuah pokok yang baru.

Ini adalah fase kelima dalam istilah perkembangan anak manusia; dari janin sampai remaja. Ia sedang berada pada roda dimana aku harus dengan tegas mengatakan kepadanya, “MATIKAN TIKUS ITU, Nak! Kejar! Hajar!

Hmnn,…
Lama aku menunggu waktu yang bisa meng-klik diriku untuk menghasilkan sebuah tulisan dari sekian banyak sketsa tulisan yang telah kubuat. Dari sejak bakbikbuk mengurus resto online itu belum ada satu pun tulisan berhasil aku produksi untuk dinding situsku. Oh angin, mengapa kau tak datang-datang; tulisan terakhirku ternyata kubuat tanggal ke-13 bulan ke-10 tahun ke-2019. Itu empat bulan lagi setahun!

Setahun sangat berarti bagiku tanpa jiwa yang bergelora.

Nah,…
Inilah saatnya tulisan itu bernas.

Seorang teman lama yang bernama Hendriko, entah anjing apa yang menggigitnya tiba-tiba memposting ulang tulisanku untuk anakku yang berjudul: Si Bintang Timur. Tulisan itu kubuat saat kami mulai menapaki kehidupan di Temanggung. Si Bintang Timur itu menyambarku kembali! Aku coba mengais sisa-sisa kesesakan masa lalu yang kupikir masih akan bisa menghibur nestapa seperti dahulu namun setetes pun sudah tidak bisa hadir.

Memanglah hatiku telah dipenuhi kebebasan alam sebaliknya anakku sedang mulai menapaki bilur-bilurnya. Ia sedang berkibar menuju pokok yang sebenarnya.

Tiga hari ini aku bisa merasakan kegelisahannya. Hari ini adalah puncaknya. Beberapa jam sejak selesai wisuda online yang digelar sekolahnya dan tanpa sepengetahuanku karena sibuk melatih membuat produk kepada Ibu Bening, ia rupanya telah melemparkan tubuhnya ke kasur.

Setelah Ibu Bening pulang hingga aku selesai cuci piring jam setengah sembilan malam, pun ia enggan bangun saat aku panggil. Aku bangunkan lagi, Nak hayo bangun da malam, ia tidak bergeming, Kudatangi kamarnya menanyakan mau jam berapa bangun dan mengapa kok masih tidur, jawaban suara tidak kuterima jawaban tubuh aku dapati.

Hubungan ibu-anak telah tersambung lewat bahasa hati di antara kami, sedikit saja tubuh bergerak adalah reaksi jujur dari kami: Ia butuh sendiri rupanya!

Oh, Bintang Timur-ku, Si Anak Lanang, yang dulu rambut durinya yang membuatku tertawa setengah mati, yang bola matanya yang hitam yang mencecarku dengan pertanyaan yang membentuk kereta api, yang ketika suatu hari Si Anak Lanang aku antar ke sekolahnya dengan berjalan kaki yang jalannya mendaki ia mengatakan kakinya mau potol—tetapi kau tetap berusaha dan berhasil!

Oh, Nak, ingatkah kau bagaimana setelah jantung kita hampir lepas di jalan raya ketika mengejar bis sekolah dari rumah kita di Meruya, bis akhirnya meninggalkan kita namun kita tetap mengejarnya bersama kopami P12. Selalu pada akhirnya kau dan aku berhasil tiba ke sekolah. Juga ingatkah kau waktu kita hampir putus asa melewati lereng Bromo, melewati tikungan Danau Batur dari Munduk-Denpasar dan kita selalu tetap keluar sebagai pemenang ketakutan.

Apa yang diajarkan alam kepadaku telah aku ajarkan kepadamu. Belum semua, karena alam yang akan menyelesaikannya untukmu. Dengarkan ibumu ini, “Matikan tikus-tikus yang masuk ke rumah! Jangan takut! Buang ketakutanku yang telanjur mempengaruhimu. Bebaskan dirimu dari ketakutan perempuanku. Jadilah laki-laki sejati!

Laki-laki sejati bukanlah terbuat dari permata tetapi hasil olah hidup tangisan, jeritan, rintihan dan doa-doa ibunya. Kau telah diproses dalam rahimnya untuk bertahan dan telah keluar sebagai makhluk bebas maka sewajarnya kau harus hidup ‘bebas’ dalam kebebasan itu!

Tendang dunia dengan ide-ide cemerlangmu seperti saat kau menendang-nendang perutku tanpa takut! Dobrak dunia lewat antusiasme keingintahuanmu seperti binar matamu yang tidak pernah padam melototiku!

Hajar habis itu tikus-tikus kebodohan, tikus-tikus ketakutan, tikus-tikus kelemahan, tikus-tikus ketakberdayaan, kemalasan, kebimbangan, semua tikus-tikus yang menghancurkan taklukkan mereka!

Selamat menjadi Angkatan Korona! Mama bangga dengan dirimu. Kau selalu menjadi bintang timurku. Sabar ya Nak, sebentar lagi sekolah akan tiba.

Nak, sangat amat terlalu banyak malam kita ketakutan dimana rumah kita dimasukin kodok terbang, ular, dan tikus, di rumah kita yang sunyi, di sana, ada banyak ruang ketakutan dibalik keputusanku yang kau serap maka BUANGLAH ITU SEMUA!

 

PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.